Liputan6.com, Jakarta - Bintang adalah benda langit yang memancarkan cahaya dan panas karena reaksi fusi nuklir yang terjadi di intinya. Objek astronomi ini merupakan penyusun galaksi.
Bintang terbentuk dari gas menyala, seperti hidrogen dan helium, yang berada di antara bintang-bintang lain di galaksi. Bintang-bintang dapat memiliki massa antara 0,08 hingga 200 kali massa matahari di Bima Sakti.
Bintang juga dan dapat berbentuk bulat, pipih, atau bahkan menyerupai kacang. Bintang juga memiliki warna yang berbeda-beda, meski kilauannya tampak berwarna putih atau kuning pucat.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Bintang biru adalah satu jenis bintang di alam semesta ini. Bintang biru maupun merah sebetulnya dibentuk dengan komposisi yang sama.
Penyusunnya adalah sekitar 75 persen hidrogen, 24 persen helium, dan sejumlah kecil elemen lainnya. Warna biru menunjukkan temperatur dan massa bintang.
Jenis bintang yang massanya tiga kali lipat atau lebih dari matahari akan terlihat berwarna biru. Bintang-bintang ini jauh lebih terang, sehingga bisa tetap terlihat meski jaraknya sangat jauh.
Melansir Live Science pada Senin (03/02/2025), api biru lebih panas dibanding yang berwarna merah. Logam yang dipanaskan juga awalnya merah, tetapi semakin panas akan berubah menjadi biru-putih.
Sebagai contoh, bintang super raksasa biru Rigel di rasi bintang Orion memancarkan energi 60 ribu kali lipat lebih besar daripada matahari. Bintang super raksasa biru ini tampak sangat terang meski jaraknya 860 tahun cahaya.
Bintang biru termasuk bintang muda, meski terlihat sangat terang dengan energi besar. Mereka pada akhirnya akan berubah menjadi bintang raksasa merah karena penurunan temperatur.
Bintang biru memiliki usia yang relatif singkat, meski besar dan sangat panas. Temperatur bintang biru yang tinggi dengan luminositasnya yang tinggi, membuat bintang-bintang ini terus menerus memancarkan energi dalam jumlah besar ke ruang angkasa.
Hal ini mengakibatkan bintang biru cepat menghabiskan seluruh bahan bakarnya, sehingga umurnya menjadi pendek dibandingkan yang lain. Karena umurnya yang pendek, bintang-bintang biru cenderung langka.
Karena usianya yang singkat, kita tak akan pernah melihat 'bintang biru tua'. Namun kita bisa melihat 'bintang biru yang tersesat' yang masih berada di deret utama di gugus bintang yang sudah sangat tua.
Alasan yang paling memungkinkan mereka masih menyala adalah bahwa mereka adalah bintang-bintang merah tua yang telah diremajakan oleh materi baru yang jatuh ke bintang-bintang tersebut. Salah satu bintang biru yang masih dapat diamati saat ini meski sekarat adalah Alnilam.
Alnilam adalah bintang super raksasa biru yang terletak di tengah asterisma Sabuk Orion. Dikenal juga sebagai Epsilon Orionis, bintang ini merupakan bintang tercerah ke-30 di langit malam sekaligus merupakan bintang tercerah keempat di rasi bintang Orion.
Â
Menarik Diamati
Keindahan dan kecerahannya membuatnya menjadi salah satu objek langit yang paling menarik untuk diamati. Diperkirakan Alnilam akan mengakhiri hidupnya dalam ledakan supernova yang dahsyat dalam beberapa juta tahun mendatang.
Melansir laman Space pada Senin (03/02/2025), bintang Alnilam terletak di tengah sabuk Orion, salah satu asterisme paling populer di langit malam. Bintang ini ditemani oleh dua bintang lain di sisi kiri dan kanannya, yaitu Alnitak dan Mintaka.
Alnilam merupakan bintang paling terang, besar, dan jauh daripada Alnitak dan Mintaka. Selain itu, bintang yang jaraknya 1.977 tahun cahaya dari Bumi ini adalah satu-satunya bintang tunggal di sabuk Orion.
Alnilam bukan hanya yang paling terang di antara ketiganya, tapi juga merupakan bintang super raksasa biru yang sangat panas dan bercahaya. Bintang ini sekitar 40 kali lebih besar dari Matahari dan 375.000 kali lebih terang.
Keberadaan Alnilam di tengah Sabuk Orion menjadikannya sebagai salah satu landmark langit malam yang paling ikonik dan mudah diingat. Alnilam diklasifikasikan sebagai bintang super raksasa biru di konstelasi Orion.
Hal ini karena bintang tersebut termasuk ke dalam bintang tipe spektral B0 Ia. Bintang jenis ini memancarkan cahaya putih-biru yang sangat panas.
Alnilam memiliki magnitudo tampak sebesar 1,69. Bintang ini juga termasuk ke dalam klasifikasi bintang variabel dari kelas Alpha Cygny.
Hal itu menyebabkan kecerahan Alnilam bisa berubah-ubah dari 1,69 menjadi -1,74. Alnilam termasuk ke dalam daftar bintang navigasi, yaitu bintang paling terang dan mudah untuk dikenali.
Bintang ini adalah salah satu bintang paling terang di langit malam, tepatnya menduduki posisi ke-29. Sementara itu, di konstelasi Orion, Alnilam menjadi bintang paling terang ke 4 setelah Rigel, Betelgeuse, dan Bellatrix.
Ditambah, Epsilon Orionis ini menghuni asterisme sabuk Orion yang mudah dikenali di langit malam. Beberapa ahli meyakini Alnilam akan mengakhiri hidupnya sebagai supernova, yaitu ledakan bintang super besar.
Namun, sebelum memasuki fase akhir tersebut, bintang ini bakal berubah menjadi raksasa merah terlebih dahulu. Tidak hanya supernova, Alnilam juga akan menciptakan lubang hitam atau black hole di fase akhir nanti.
Namun, meskipun Alnilam memang merupakan bintang superraksasa biru, jenis bintang ini tidak selalu berakhir dengan ledakan supernova. Bintang-bintang super raksasa biru dengan massa sekitar 8 hingga 20 kali massa matahari biasanya berevolusi menjadi bintang neutron, bukan supernova.
Alnilam diperkirakan memiliki massa sekitar 37 kali massa matahari. Hal ini berarti Alnilam kemungkinan besar termasuk dalam kategori bintang yang terlalu besar untuk menjadi bintang neutron, tetapi terlalu kecil untuk meledak menjadi supernova.
(Tifani)
Advertisement