1.500 Teroris Kabur, Dikhawatirkan Ada Teror Saat Idul Fitri

Akibat serangkaian insiden kaburnya para tahanan itu, Interpol pun mengingatkan kepada dunia tentang teror yang akan dilakukan Alqaeda.

oleh Tan diperbarui 04 Agu 2013, 11:46 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2013, 11:46 WIB
teroris-kabur-130804b.jpg
Lebih dari 1.500 tersangka teroris kabur dari penjara Timur Tengah dalam 2 minggu terakhir. Menanggapi hal ini, Interpol pun mengingatkan kepada dunia tentang teror yang akan dilakukan Al Qaeda.

Diberitakan News.com.au, Minggu (4/8/2013), para detektif khawatir narapidana terorisme yang kabur dari penjara Abu Ghraib di Irak, di kawasan al-Kwyfah di Libya dan sejumlah penjara lain berniat menargetkan Inggris dan beberapa negara Barat lain menjelang Idul Fitri yang berlangsung pekan ini.

Informasi tersebut membuat Departemen Luar Negeri Inggris mengumumkan penutupan sementara kedutaan di Yaman setelah menerima informasi Al Qaeda sedang merencanakan penyerangan terhadap kedutaan asing di sana.

Perancis, Jerman, dan Amerika Serikat juga menutup kedutaan mereka di negara itu.  Secara keseluruhan, AS menutup 21 kedutaannya di Timur Tengah.

Sementara, kedutaan besar Inggris di Arab Saudi, Oman, Qatar, Bahrain, Kuwait, Uni Emirat Arab, dan Irak akan tetap buka, namun para staf disarankan untuk lebih berhati-hati.

Interpol juga menduga Al Aaeda merencanakan serangkaian pembobolan penjara sebagai bagian dari upaya perekrutan utama para anggota baru.

Ketua Gabungan AS Kepala Staf Jenderal Martin Dempsey mengatakan, "Ada ancaman signifikan dan kita bereaksi terhadap itu. Ancaman tersebut lebih spesifik dari yang sebelumnya dan tujuannya adalah untuk menyerang Barat, bukan hanya kepentingan AS. "

Berdasarkan pemikiran itu, Kementerian Luar Negeri AS juga menutup kedutaan di San'a, Yaman, hari ini dan besok. Padahal kedutaan juga baru saja beroperasi dengan pengurangan staf demi alasan keamanan.

Selain itu, Kementerian Luar Negeri AS juga telah mengeluarkan peringatan keras kepada warga Inggris di Yaman agar segera meninggalkan kota itu.

Hanya beberapa ratus orang Inggris yang diyakini tinggal di negara itu, sebagian besar bekerja untuk kedutaan, organisasi amal, perusahaan minyak, dan PBB. (Tnt/Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya