Liputan6.com, Beirut: Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati berkonsultasi dengan parlemen untuk membahas format pemerintahan baru Lebanon. Ini dilakukan menyusul mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa serta seruan Amerika Serikat dan Prancis agar PM Lebanon yang baru segera menyelenggarakan pemilu pada bulan depan. Pertemuan Mikati dan anggota parlemen Lebanon berlangsung di Beirut, Senin (18/4).
Dengan tenggat waktu yang tersisa, Mikati diharapkan selesai menyusun kabinet dalam dua pekan. Pemilu diyakini sebagai cara terbaik untuk menyelesaikan krisis politik pascaperang saudara yang berlangsung 15 tahun sejak 1975.
Diberitakan sebelumnya, Presiden Lebanon Emile Lehud mengumumkan Najib Mikati, 49 tahun, sebagai Perdana Menteri Lebanon pada Jumat silam. Mikati terpilih menggantikan Omar Karami yang mundur dua hari sebelumnya [baca: Najib Mikati, PM Lebanon Baru].
Penunjukan Mikati menggantikan Omar Karami cukup mengejutkan. Pasalnya, Mikati dikenal sebagai tokoh pro-Suriah, namun juga didukung kelompok oposisi. Saat ini, fokus pihak oposisi mengharapkan digelarnya pemilu secepatnya di saat simpati publik atas kasus pembunuhan mantan PM Rafik Hariri masih besar. Menurut mereka, apabila pemilu ditunda hanya akan memperburuk keadaan dan membuka peluang bagi kubu pro-Suriah untuk terus berkuasa.(ZIZ/Idr)
Dengan tenggat waktu yang tersisa, Mikati diharapkan selesai menyusun kabinet dalam dua pekan. Pemilu diyakini sebagai cara terbaik untuk menyelesaikan krisis politik pascaperang saudara yang berlangsung 15 tahun sejak 1975.
Diberitakan sebelumnya, Presiden Lebanon Emile Lehud mengumumkan Najib Mikati, 49 tahun, sebagai Perdana Menteri Lebanon pada Jumat silam. Mikati terpilih menggantikan Omar Karami yang mundur dua hari sebelumnya [baca: Najib Mikati, PM Lebanon Baru].
Penunjukan Mikati menggantikan Omar Karami cukup mengejutkan. Pasalnya, Mikati dikenal sebagai tokoh pro-Suriah, namun juga didukung kelompok oposisi. Saat ini, fokus pihak oposisi mengharapkan digelarnya pemilu secepatnya di saat simpati publik atas kasus pembunuhan mantan PM Rafik Hariri masih besar. Menurut mereka, apabila pemilu ditunda hanya akan memperburuk keadaan dan membuka peluang bagi kubu pro-Suriah untuk terus berkuasa.(ZIZ/Idr)