Pasien Kanker yang Kemoterapi Lebih Sering Meninggal di RS

Pasien kanker yang melakukan kemoterapi dikatakan lebih mungkin untuk meninggal di rumah sakit, ketimbang meninggal dalam damai di rumahnya

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 10 Mar 2014, 11:00 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2014, 11:00 WIB
Pasien Kanker yang Jalani Kemoterapi Lebih Sering Meninggal di RS
Pasien kanker yang melakukan kemoterapi dikatakan lebih mungkin untuk meninggal di rumah sakit, ketimbang meninggal dalam damai di rumahnya

Liputan6.com, London Pasien kanker yang melakukan kemoterapi dikatakan lebih mungkin untuk meninggal di rumah sakit, ketimbang meninggal dalam damai di rumahnya sendiri. Apa benar?

Hasil dari sebuah penelitian menunjukkan bahwa banyak dokter mengalami kesulitan untuk memulai percakapan terhadap hidup akhir para pasiennya, terutama kaum muda.

Asisten Profesor Kedokteran di Dana Farber Cancer Institute sekaligus penulis utama penelitian, Dr Alexi Wright mengatakan, memang dokter cukup sulit untuk memulai sebuah pembicaraan tentang kematian, terutama pada pasien yang lebih muda, karena akan membuat pasien berpikir dokter menyerah terhadap hidupnya.

Dalam sebuah kesempatan Wright dan timnya melakukan penelitian dan melibatnya 386 orang pasien yang mengalami sakit parah. Ditemukan sebanyak 56 persen yang menjalani kemoterapi, cenderung lebih muda, lebih berpendidikan, lebih kaya, lebih optimis tentang hidupnya.

Para pasien yang tersebut, rata-rata meninggal empat bulan setelah berpartisipasi dalam penelitian ini. Wright menyebut, 65 persen meninggal di tempat yang disukai, dibandingkan dengan 80 persen dari pasien yang memilih untuk menghentikan pengobatannya.

Dikutip dari Daily Mail, Senin (9/3/2013) para peneliti juga menemukan, pasien yang menjalani kemoterapi lebih mungkin untuk meninggal dunia di ruang unit perawatan intensif di rumah sakit ketimbang di rumah.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya