Perlu Nggak Sih si Kecil Dileskan?

Sebenarnya seorang anak tidak perlu lagi mengikuti les privat mengingat sebagian besar waktu mereka sudah habis di sekolah.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 02 Mei 2014, 13:00 WIB
Diterbitkan 02 Mei 2014, 13:00 WIB
Les Hanya Gengsi Orangtua, Bukan Kebutuhan si Anak
Les tak begitu perlu diberikan orangtua pada anak, mengingat waktu sekolah saat ini terbilang lama.

Liputan6.com, Jakarta Sebenarnya seorang anak tidak perlu lagi mengikuti les privat mengingat sebagian besar waktu mereka sudah habis di sekolah. Tapi, tidak sedikit orangtua yang mendaftarkan anak-anaknya di berbagai les privat agar mereka makin melahap materi pelajaran sekolah.

"Daripada memberikan anak les, mending berikan kesempatan pada mereka untuk bergaul. Dalam artian, berikan mereka ekstrakulikuler, ketimbang les pelajaran," kata Psikolog Pendidikan Anak dari Lembaga Terapan Psikolog Universitas Indonesia (U), Muhammad Rizal, Psi, saat dihubungi Health Liputan6.com, Jumat (2/5/2014).

Ia menyadari, les tidak dapat disalahkan begitu saja, mengingat saat ini, para guru yang memberikan materi di sekolah dikejar target kurikulum, yang membuatnya tidak dapat memberikan tiap materi lebih mendalam, dan hanya sepintas saja.

Bukan berarti, orangtua dapat menambahkan beban si anak dengan memberi les, dengan waktu yang tidak sebentar. "Anak les sekarang 'kan bisa sampai sore. Masuk sekolah pukul 07:00, pulang pukul 13:00. Dilanjut les pukul 15:00 sampai 18:00. Kapan waktu mereka untuk bersosialisasi dan mengenal anak lainnya?," kata dia menjelaskan.

Lagi pula, tambah Rizal, les saat ini bukan didasari kebutuhan, yang memang wajib diberikan pada anak. Tapi, lebih pada gengsi, ketika melihat orangtua lainnya memberi les ke anak-anaknya.

"Ketika saya di sekolah, banyak yang nanya, anak saya les di mana? Atau anak orangtua lainnya les di mana? Saat ini, les itu semacam gengsi dari orangtua bukan kebutuhan. Tetap saja, yang menjadi korban anak." kata Rizal menerangkan.

Padahal, ketika orangtua membiarkan anak memanfaatkan waktu di luar jam sekolah untuk bergaul, secara tidak langsung sudah mengajarkan pelajaran yang tidak didapatkan di sekolah. Yaitu, etika.

"Dengan bersosialisasi di luar lingkungan sekolahnya, anak-anak ini akan lebih peka pada sesama. Dia jadi lebih tahu, bagaimana cara menyapa atau memanggil orang yang lebih tua darinya. Anak juga tahu, kalau masih banyak yang tidak seberuntung mereka," kata Rizal menekankan.

Maka itu, bila orangtua ingin memberikan les buah hatinya, pastikan dulu apakah itu memang kebutuhan yang harus diberikan demi kebaikan anak-anaknya atau itu karena sifat tak mau kalah ketika melihat orangtua lainnya melakukan hal seperti itu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya