`Saatnya Aku Belajar Pacaran`, Buku yang Tak Patut Diterbitkan

Buku berjudul Saatnya Aku Belajar Pacaran sebaiknya tidak usah terbit, karena berisikan melegalkan perzinahan

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 05 Feb 2015, 12:44 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2015, 12:44 WIB
`Saatnya Aku Belajar Pacaran`, Buku yang Tak Patut Diterbitkan
Buku berjudul Saatnya Aku Belajar Pacaran sebaiknya tidak usah terbit, karena berisikan melegalkan perzinahan

Liputan6.com, Jakarta Baru-baru ini buku berjudul `Saatnya Aku Belajar Pacaran` menuai kontroversi. Di jejaring sosial, tidak sedikit penggunanya yang mengkritisi buku ini. Bahkan, bila dilihat dari keseluruhan isinya, buku yang disebut melegalkan perzinahan ini tak sepatutnya untuk diterbitkan.

Buku memang disebut sebagai jendela dunia. Berkat buku, kita akan mengetahui segala informasi yang pernah atau sedang terjadi di belahan bumi mana pun. Namun sayangnya, tidak dengan buku karya Toge Aprilianto.

Lihat saja isi dari bab `Pacar Ngajak ML`. Dari awal pembahasan, Toge tak sungkan menuliskan bahwa berbicara mengenai pacaran tidak akan mungkin lepas dari obrolan yang menyangkut mengenai seks.

"Ya urusan hubungan seks yang biasa disebut pake istilah ML alias making love, menjadi bahasan paling penting. Makanya, bahasan soal ini jadi pembuka bab tentang seks di buku `Saatnya Aku Belajar Pacaran` ini," kata-kata yang tertulis di buku itu dikutip Health-Liputan6.com pada Kamis (5/2/2015)

Sebetulnya, tulis Toge, wajar rasanya bila pacar mengajak pasangannya untuk ML, termasuk sebaliknya. "Hal itu `kan alamiah, naluriah. Jadi, itu justru pertanda kalau kamu dan/atau pacarmu masih punya energi buat terlibat dalam proses reproduksi, yang memang sewajarnya dimiliki oleh tiap mahluk hidup," kata Toge.

Menurut Toge, kondisi akan menjadi tidak wajar apabila pihak yang mengajak mulai memaksakan kehendaknya, tanpa peduli apa yang dirasakan oleh pihak yang diajak atau bila pihak yang diajak melakukan itu karena keterpaksaan, apa pun alasannya.

"Jadi, kalau pacarmu ngajak ML, kamu boleh saja nurutin maunya dia, kalau kamu sanggup," kata Toge lagi.

Maksud Toge, si pasangan mau melakukan itu dan secara otomatis siap buat menghadapi akibat dari perilaku ML itu. Alasannya, kalau si pasangan mau tapi masih takut risiko dari dampak yang dilakukannya itu, ada baiknya tidak usah melakukannya daripada dilakukan tapi menjadi tidak asyik gara-gara pikirannya dan pikiran pasangannya tidak kompak.

"Demikian kalau kamu ngajak n pacarmu agar ragu bikin keputusan soal setuju ngelakuin atau nolak ajakanmu," kata Toge.

Jadi, daripada kegiatan itu menjadi tidak mengasyikan dan menilai pasangannya tidak sungguh-sungguh menyayanginya, ada baiknya dihentikan saja, minimal untuk saat itu.

"Lain kali bisa kamu coba lagi aja dia ML, dengan harapan kesanggupannya udah lebih siap daripada sebelumnya," kata Toge di akhir tulisannya.

Menanggapi beredarnya buku `Saatnya Aku Belajar Pacaran`, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menilai buku ini bersifat permisif tentang aktivitas di luar nikah.

"Sudah jelas ini bertentangan dengan prinsip pendidikan, moral, norma agama, norma susila, dan juga hukum. Untuk itu, KPAI meminta langkah cepat para pihak, khususnya penerbit dan penulis buku untuk menarik buku ini dari peredaran," kata Ketua KPAI, Asrorun Niam Sholeh.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya