Liputan6.com, Jakarta Pengidap kanker usus besar terus meningkat di wilayah Asia. Di wilayah Asia Tenggara, Indonesia merupakan negara ketiga dengan jumlah kasus kanker usus besar setelah Singapura dan Brunei Darussalam berdasarkan GLOBOCAN 2008.
Menurut General Surgeon Mount Elizabeth Novena Hospital Singapore, dokter Dean Koh, di Singapura setiap satu dari 20 orang berisiko terkena penyakit ini. Menurutnya, Indonesia juga sebentar lagi akan mencapai angka yang tinggi akan kasus ini mengingat pertumbuhan ekonomi melesat cepat.
Lalu apa peneyebab munculnya penyakit ini?
Advertisement
Faktor gaya hidup yang memiliki persentase besar penyebab hal ini seperti diungkapkan dokter Dean. Kebiasaan seperti terlalu banyak mengonsumsi daging merah minim buah, merokok, minum alkohol dalam jumlah banyak dan hobi makan daging proses seperti sosis maupun bacon.
"Lebih dari 90 persen disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Faktor genetik hanya berperan 5 sampai 10 persen saja," lanjut dokter Dean saat bertemu wartawan di restoran Kembang Goela, Jakarta pada Jumat (13/2/2015).
Selanjutnya faktor usia, juga meningkatkan risiko terkena kanker usus besar. Baik pria dan perempuan berumur 50 tahun ke atas berpotensi untuk terkena kanker usus besar.
Oleh karena itu, dokter Dean mengingatkan pentingnya menjaga asupan makan dengan mengurangi konsumsi daging merah, daging yang sudah di proses, tidak merokok serta mengurangi minum alkohol.
Dokter Dean mengingatkan jika mulai merasakan gejala seperti muncul darah saat buang air besar, perubahan kebiasaan buang air besar, kehilangan berat badan, anemia tanpa sebab, serta sakit pada perut untuk segera mengecek ke dokter.
"Jika penyakit ini bisa di deteksi dini kemungkinan untuk hidup lebih dari lima tahun muncul sebesar 90%," terangnya.
Dokter Dean pung mengingatkan bahwa penyakit ini berkembang tidak langsung menjadi kanker. Melainkan muncul polip terlebih dahulu baru menjadi kanker. "Jika polip sudah diangkat, tidak akan menjadi kanker. Itulah pentingnya memeriksa kondisi usus secara dini lewat kolonoskopi," tandas dokter berkacamata ini.