Liputan6.com, Jakarta - Tiongkok baru-baru ini mengumumkan pembatalan kebijakan satu anak untuk satu keluarga. Keputusan tersebut tak terlalu cepat diambil karena ada 51 juta laki-laki di Negeri Tirai Bambu tersebut, lebih banyak dari wanitanya. Artinya, Tiongkok bukan tempat yang pas untuk seorang lajang mencari perempuan.
Pada 1980 Tiongkok sepenuhnya memberlakukan kebijakan untuk membatasi angka kelahiran untuk memerangi kelebihan populasi yang dirasakan negara tersebut. Mereka harus mencabutnya karena ini berakibat pada ketidakseimbangan gender terbesar di dunia.
Baca Juga
Dikutip dari AskMen.com pada Rabu (4/11/2015) siang, data terbaru menunjukkan bahwa ada 120 kelahiran anak laki-laki bersamaan dengan setiap 100 kelahiran anak perempuan. Memang selisihnya tak jauh, tapi ada masalah sosial dan ekonomi di balik itu. Jumlah tenaga kerja berusia muda jadi menyusut lantaran mereka harus merawat orang tua tanpa bantuan saudara.
Advertisement
Pada 2020, Tiongkok terancam memiliki 30 juta pria yang belum menikah. Pemerintah Tiongkok berharap pencabutan aturan keluarga beranak tunggal bisa menjauhkan mereka dari prediksi di masa datang tersebut.
Menilik rasio jenis kelamin, Afrika Selatan adalah pemenangnya. Pasalnya mereka memiliki jumlah bayi perempuan hampir sama banyak dengan bayi laki-laki. Laki-laki lajang di luar sana mungkin juga harus pergi ke Aruba, Antigua dan Barbuda. Negara-negara tersebut punya penduduk mayoritas perempuan dengan perbandingan 0,9 pria untuk setiap wanita.
Islandia juga layak diperhitungkan. Tidak hanya banyak wanita cantik di sana, tetapi masyarakat di sana punya pemahaman netral soal gender. Jadi, tak ada masalah soal siapa yang boleh lebih dulu memulai kontak untuk berhubungan.**