Jatuh Cinta pada Pandangan Pertamanya Para Ayah

Kehadiran buah hati tak hanya berpengaruh bagi emosi dan mental ibu, melainkan juga bagi para ayah.

oleh Liputan6 diperbarui 12 Nov 2015, 21:30 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2015, 21:30 WIB
`Selamat Hari Ayah, Kau Sosok yang Menginspirasi`
Tanggal 12 November tiap tahunnya memang ditetapkan sebagai peringatan Hari Ayah nasional di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Kehadiran buah hati tak hanya berpengaruh bagi emosi dan mental ibu, melainkan juga bagi para ayah. Karena ayah pun memiliki peran dan tanggung jawab besar dalam mengasuh dan mendidik anak.

Pada peringatan Hari Ayah Nasional yang jatuh pada hari ini, 12 November 2015, kami menanyakan kesan 5 orang pria saat melihat, menyentuh, dan menggendong putra atau putri mereka untuk pertama kalinya serta menyadari peran barunya sebagai ayah.

Simak celoteh mereka di bawah ini.


Yus (39)

"Rasanya seperti nggak percaya walaupun sudah ada persiapan mental sejak istri mengandung. Tapi ketika dipanggil untuk mengadzani dan melihat pertama kali ada perasaan takjub. Dan saya nggak berani menggendong putera pertama sampai usianya 4 atau 5 bulan karena takut salah tekniknya. Kemudian ketika akhirnya benar-benar menggendong untuk pertama kali, rasanya tak tergantikan dan tak terdeskripsikan."

Timothy (47)

"Perlu waktu 13 jam untuk istri saya melahirkan putra kami, Thomas. Proses melahirkan normal yang sangat lama dan cukup membuat saya khawatir. Dan yang saya rasakan ketika pertama kali menggendongnya adalah bahagia sekaligus lega karena kondisinya sehat. Sekarang usia Thomas sudah 13 tahun, dia tumbuh jadi anak yang sopan, sehat, dan membanggakan. Bagi saya yang terpenting saat ini adalah memberinya pendidikan yang terbaik."

Adri (42)

"Pertama kali yang aku rasakan saat menggendong anak pertama yang adalah khawatir sudah benar atau belum caranya. Karena bayi itu kan tubuhnya kecil dan rapuh. Setelah mulai nyaman menggendongnya, baru aku mulai bisa memperhatikan lebih detail seperti apa wajahnya, tangannya, kakinya, ada tanda lahir apa saja, dan mulai mengukur panjang anggota tubuhnya. Rasanya antara takjub, penasaran, tapi belum merasakan adanya ikatan emosional. Feelingnya lebih dapat ketika lahir anak kedua, perempuan. Karena pada saat itu aku sudah bisa membayangkan proses pertumbuhannya. Sudah ada pengalaman dengan anak pertama."

Pree Soebardi (55)

"Kesannya biasa saja. Rasa yang muncul adalah rasa tanggung jawab. Apalagi anak pertama saya laki-laki. Berangkat dari kesadaran akan tanggung jawab itu, secara otomatis yang terbersit di benak adalah daftar kewajiban yang harus saya lakukan sebagai orangtua, termasuk berbagi tugas dalam menjaga dan mengasuhnya bersama istri. Seperti menyuapi, mengganti popok, menidurkan, dan sebagainya. Selain itu, sejak pertama kali menyadari peran saya sebagai ayah, yang menjadi perhatian utama saya adalah pendidikan yang bermuara pada pembentukan karakter anak. Hingga saat ini pola yang masih saya pegang dalam mendidik anak adalah dia harus memiliki wawasan yang luas, pintar adalah bonus."

Sendie (36)

"Nggak bisa diungkapkan rasanya waktu pertama kali menggendong putri pertama kami. Antara senang, haru, sedih, bahagia, takut, bercampur jadi satu. Yang terlintas di benak saya saat memandang wajah mungilnya adalah almarhum ayah dan almarhumah ibu. Tapi di momen yang sama saya juga sangat senang dan merasa punya tanggung jawab baru dan lebih besar. Yang jelas hidup saya jadi lebih lengkap dan ingin dia punya masa depan yang lebih baik dari saya. Sindrom orangtua baru juga muncul berupa kekhawatiran apakah saya bisa membuatnya lebih berhasil kelak. Tapi rasa khawatir itu justru membuat saya lebih semangat untuk menjadi ayah yang baik baginya."

 

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya