Liputan6.com, Jakarta Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) Linda Agum Gumelar mengatakan sekitar 70 persen pasien kanker payudara di Indonesia datang ke instansi kesehatan dalam stadium lanjut. Ada banyak faktor yang membuat orang-orang ini sudah datang dengan stadium lanjut.
"Yang datang ke dokter atau rumah sakit stadium lanjut itu tidak lakukan SADARI (periksa payudara sendiri), lalu kalau ada benjolan tidak pergi ke dokter atau pura-pura tidak tahu," tutur Linda.
Baca Juga
Alasan lainnya, banyak pasien kanker yang mencoba berobat bukan pengobatan medis. Kondisi seperti ini malah memperlambat penanganan secara medis, sehingga kanker tidak langsung ditangani.
Advertisement
"Dia pikir bisa sembuh dengan cara-cara lain ini. Nah hal-hal inilah Ini yang jadi penyebab 70 persen yang datang ke dokter dalam stadium lanjut," kata wanita penyintas kanker payudara ini pada peluncuran iklan layanan masyarakat sambut Peringatan Bulan Kanker Payudara di Epicentrum XXI, Jakarta, Kamis (29/9/2016).
Padahal, jika rutin melakukan pemeriksaan dini kanker payudara bisa dideteksi stadium awal. Ini juga artinya peluang terbebas dari sel-sel kanker besar.
"Sebetulnya kanker payudara itu kanker teringan dari kanker-kanker yang ada apabila dideteksi awal. Bila dilakukan deteksi dini dan langsung ke dokter bisa sembuh 98 persen," kata wanita yang juga pernah menjabat Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak era Kabinet Indonesia Bersatu ini.
Linda sendiri pada 1996 juga pernah mendapatkan cobaan pahit didiagnosis kanker payudara stadium dini, namun ganas. Ia pun langsung mengambil tindakan cepat menggunakan pengobatan medis yang bisa dipertanggungjawabkan.
Demi menekan angka kanker payudara stadium lanjut, Linda tak bosan-bosannya mengingatkan wanita untuk melakukan SADARI sesudah selesai haid. Serta segera periksakan bila menemukan benjolan di area payudara hingga ketiak.
"Ini tidak timbulkan rasa sakit, jadi itu bahayanya. Maka perlu SADARI tiap bulan dan jika ada benjolan periksakan ke dokter," pesan Linda.