Liputan6.com, Jakarta Umumnya, kebanyakan orang berpikir bahwa menjadi seorang atlet itu berarti orang tersebut terhindar dari potensi mengalami masalah terkait mental dan lebih mungkin menghadapi tantangan yang menyerang kondisi fisiknya.
Ini tidak sepenuhnya betul. Hasil penelitian yang dilakukan oleh National Collegiate Athletic Association pada tahun 2013 lalu menemukan fakta bahwa 21 persen atlet pria dan 27 atlet wanita terbukti mengalami tekanan mental yang lambat laun menjadi depresi.
Mereka yang terlibat atau berpartisipasi dalam penelitian tersebut mengaku bahwa mereka sering mengalami kecemasan berskala luar biasa dan pasalnya menjadi sangat tertekan hingga kesulitan bertindak sesuai harapan mereka.
Contohnya atlet perenang, Allison Schmitt. Tidak bisa dipungkiri bahwa dirinya terlihat bahagia lantaran sudah memenangkan lima medali termasuk tiga medali emas di tiga ajang Olimpiade. Namun wanita berumur 26 tahun ini akhirnya mengakui melalui sebuah pernyataan resmi bahwa dirinya tengah berjuang melawan depresi.
“Depresi ini sebetulnya sudah saya rasakan sejak empat tahun lalu,” ungkapnya kepada Palm Beach Post, mengutip Sabtu (24/22/2016).
Allison mengatakan bahwa hal tersebut bukanlah hasil dari kekecewaan akan suatu kekalahan atau ekspektasi yang tidak terpenuhi namun terus ada seiring dengan berjalannya waktu.
"Ada saat-saat dimana saya tidak nyaman dengan diri saya sendiri, jadi saya pikir kenapa orang lain ingin berada di sekitar saya?”
Seperti kebanyakan atlet yang mengalami depresi, Allison awalnya memutuskan untuk diam dan tetap memberikan senyuman kepada orang lain yang dilewatinya agar tidak ada yang curiga.
Akhirnya, Allison pun menjadi mahir menyembunyikan kondisinya: "Siapa saja bisa memasang senyum selama tiga detik. Saya tahu apa yang perlu saya lakukan untuk membuatnya terlihat seperti saya baik-baik saja untuk dunia luar.”
Sebelumnya Allison sempat diwawancarai oleh ESPN dan dirinya mengaku sempat berpikiran untuk bunuh diri seperti yang telah dilakukan oleh atlet basket April Locian.
Meski bunuh diri bukan alasan utama kematian wanita pada umumnya, tetapi di dunia olahraga, khususnya atlet wanita, alasan tersebut menjadi kedua paling kuat.
Depresi, Musuh Kedua Paling Mematikan Bagi Para Atlet Wanita
Depresi yang dirasakan oleh para atlet wanita pasalnya bisa memicu aksi bunuh diri.
diperbarui 24 Des 2016, 17:00 WIBDiterbitkan 24 Des 2016, 17:00 WIB
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Apa Itu Pasar Nasional: Pengertian, Ciri, dan Jenisnya
Top 3 Berita Hari Ini: Video Viral Tempat Makan Diduga Cuci Piring Pakai Air Penuh Sampah
Kubu Pramono-Rano Ajak Masyarakat Kawal Proses Rekapitulasi Suara Pilkada Jakarta
Der Klassiker Jilid 1 2024/2025: Misi Dortmund Hentikan Kegemilangan Bayern Munchen
Sinopsis Drama Thailand Club Friday Season 16: Love You to Death di Vidio, Saat Cinta Berubah Menjadi Duka
Tingkatkan Literasi Ekonomi Syariah, Halal Fair Bakal Digelar Bulan Depan
Aneka Olahan Mangga: Mangga Bisa Diolah Menjadi Apa Saja yang Lezat dan Menyegarkan
Zita Anjani Sebut Kontribusi Anak Muda Majukan Pariwisata Indonesia Sangat Besar
Sederet Inovasi Startup yang Curi Perhatian di Startup4Industry 2024
350 Kutipan Tentang Missing Someone Quote yang Menyentuh Hati
VIDEO: Detik-detik Talud Longsor Akibat Curah Hujan Deras di Yogyakarta
Menakar Peluang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia