Liputan6.com, Jakarta Cuci vagina (douche) seringkali dilakukan wanita hamil yang tidak nyaman dengan munculnya keputihan. Setelah mencuci vagina menggunakan cairan antiseptik, para calon ibu merasa lebih bersih dan segar. Namun, kebiasaan ini masih jadi perdebatan banyak ahli, lantaran kesalahpahaman yang terjadi di masyarakat.
dr Theresia Rina Yunita dari Klik Dokter menjelaskan, berdasarkan penelitian yang dilakukan American College of Obstetrician and Gynecologist (ACOG) disebutkan bahwa wanita yang rutin mencuci vagina, justru lebih rentan mengalami iritasi vagina dan infeksi dibanding yang tidak.
Advertisement
Baca Juga
Dari sejumlah literatur yang dia baca, sejak diketahui bahwa kegiatan cuci vagina dapat mengubah pH dan komposisi flora normal dan vagina, para dokter pun tidak lagi merekomendasi hal ini.
"Sebenarnya, kadar keputihan yang meningkat saat hamil merupakan kondisi yang normal. Namun, jika keputihan telah berubah warna, berbau, dan dibarengi dengan gejala tertentu, bisa jadi mengalami infeksi," kata Theresia dikutip dari situs Klik Dokter pada Kamis (19-1-2017)
Merujuk pada penjelasan yang tertera di situs Web MD, biasanya akan menggunakan campuran air dan cuka untuk mencuci vagina. Sementara cairan pembersih vagina yang dijual di toko obat dan supermarket, sudah mengandung antiseptik dan wewangian. Nantinya cairan itu akan disemprotkan melalui tabung ke dalam vagina.
Para ahli di Amerika Serikat memperkirakan 20 sampai 40 persen wanita berumur 15 sampai 44 tahun rutin melakukan cuci vagina. Selain merasa lebih segar, para wanita itu mengaku tidak ada lagi bau tak sedap setelah mencuci vagina.
Para wanita itu percaya, mencuci vagina menggunakan cairan khusus dapat membersihkan darah menstruasi setelah periode, menghindari penyakit menular seksual. Namun, para ahli kesehatan mengatakan, mencuci vagina tidak efektif untuk tujuan ini, apalagi jika sedang hamil.
Bahaya Jika Rutin Lakukan Cuci Vagina
Mereka memeringatkan bahwa mencuci vagina dapat meningkatkan risiko infeksi, komplikasi kehamilan, dan masalah kesehatan yang lain.
Berikut risiko yang dihadapai para wanita jika rutin mencuci vagina menggunakan cairan khusus;
1. Dapat mengganggu keseimbangan alami dari bakteri dalam vagina (flora vagina). Kondisi ini sangat menguntungkan bakteri penyebab infeksi untuk tumbuh. Sebuah studi menemukan, ketika wanita berhenti melakukan kebiasaan ini, risiko mengalami vaginosis bakter akan berkurang. Sehingga rendah juga kemungkinan mereka melahirkan bayi prematur.
2. Berisiko mengalami penyakit radang panggul (Pelvic inflammatory disease/PID). PID adalah infeksi rahim, saluran tuba, atau ovarium. Risiko terkena PID pun besar sekali, bisa mencapai 73 persen.
3. Wanita yang rajin mencuci vagina lebih dari satu kali selama seminggu, lebih besar kemungkinan mengalami kesulitan untuk hamil, dibanding mereka yang bahkan tidak pernah melakukannya. Mencuci vagina juga dapat meningkatkan risiko kehamilan ektopik sebesar 76 persen.
Advertisement