Liputan6.com, Jakarta Tradisi menyantap menu sirip ikan hiu pada masyarakat Tionghoa sudah ada sejak zaman dinasti Zhou, Song, dan Ming di China.
Baca Juga
Advertisement
Sajian yang terbilang mahal itu merupakan sebuah tanda bahwa mereka adalah kaum terpandang. Tidak heran, jika masyarakat Tionghoa yang bercukupan akan menyajikan hidangan sirip ikan hiu, baik saat pernikahan, maupun perayaan Imlek.
Menurut pakar kuliner dan budaya dari Asosiasi peranakan Tionghoa Indonesia, Aji Bromokusumo, ada alternatif lain untuk menggantikan menu sirip ikan hiu, yang punya manfaat yang sama.
"Mereka menganggap bahwa sirip ikan hiu kaya akan kolagen. Sebenarnya, kolagen pun bisa ditemukan di ceker ayam atau cingur sapi," kata Aji dalam diskusi Imlek Bebas Hiu di Jakarta, ditulis Kamis (26/1/2017).
Karena pada dasarnya menu yang disajikan saat imlek harus mencerminkan tiga unsur seperti bisa berjalan di darat, terbang di udara, dan berenang di air, masyarakat Tionghoa dapat mengganti sirip ikan hiu dengan bebek atau ayam, daging babi, dan ikan.
"Tiga unsur itu sebagai lambang ucapan rasa syukur, supaya usaha selalu lancar," katanya.