Pasien Sembuh, Dokter Fiona Amelia Dapat Sekarung Durian

Menjadikan praktek dokter sebagai hobi, membuat dokter Fiona Amelia lebih bahagia saat melayani pasien.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 18 Apr 2017, 10:30 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2017, 10:30 WIB
Dokter Fiona Amelia (Foto: Liputan6.com/Yoppy Renato)
Dokter Fiona Amelia (Foto: Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta Urung menjadi arsitek seperti keinginannya saat duduk di bangku SMA, tak membuat Fiona Amelia menjalani profesinya kini setengah hati. Wanita cantik lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini merasa menjadi dokter adalah panggilan diri yang sesungguhnya.

"Setelah menjalani kuliah (kedokteran) terus ketemu pasien, ternyata passion bisa berkembang. Dan aku merasa panggilanku untuk melayani hadir lewat profesi dokter ini," cerita Fiona saat berbincang dengan Health-Liputan6.com ditulis Selasa (18/4/2017).

Keinginan untuk melayani pasien sepenuh hati membuat Fiona memandang praktik dokter yang dijalani sebagai hobi. Ada alasan mendalam ucapan ini meluncur darinya.

"Ketika menjadikan ini sebagai hobi dan bukan pekerjaan utama, aku melayani pasien dengan happy," tutur wanita yang kini juga aktif di Klikdokter.com ini.

Dokter Fiona Amelia (Foto: Liputan6.com/Yoppy Renato)

Saat melayani pasien sebagai hobi, uang bukanlah tujuan utama. Yang terpenting dirinya bisa membantu orang yang sakit dan membutuhkan bantuannya.

"Mungkin karena aku perempuan juga, jadi tidak terlalu ngoyo dalam mencari uang," kata ibu satu anak ini.

Dokter Fiona Amelia bersama buah hatinya. (Foto: Liputan6.com/Yoppy Renato)

Dengan tetap memandang profesi dokter sebagai hobi, Fiona berharap kelak akan memiliki sebuah bisnis. Sehingga penghasilan bisa didapat dari bisnis dan menjalani praktek dokter dengan bahagia. Kini ia sedang menyiapkan bisnis yang bakal dilakoninya.

 

Melayani pasien pakai otak dan hati

Melayani pasien pakai otak dan hati

Buku The Doctors yang ditulis oleh dokter spesialis penyakit dalam, Triharnoto, membuat pikiran dokter Fiona terbuka saat menjalani profesinya. Dia makin yakin, menjalani profesi ini bukan hanya sekadar menggunakan otak, tapi juga hati.

"Dokter Triharnoto bilang dalam bukunya, kalau seorang dokter memiliki otak, tapi tidak pakai hati itu bisa membahayakan," tuturnya. 

Dokter Fiona Amelia (Foto: Liputan6.com/Yoppy Renato)

Dia mencontohkan ketika dokter dihadapkan pada pasien sakit, lalu berusaha mengobati dan mencari tahu penyebab penyakit tersebut. Bila dokter hanya pakai otak, dia akan melakukan upaya tersebut tanpa melihat kondisi pasien menderita atau tidak. Namun jika dia pakai hati, dokter juga turut mempertimbangkan kebahagiaan pasien.

"Namun kalau dokter punya hati tapi tanpa otak ya bahaya juga kan, nanti bisa salah diagnosis atau penanganannya enggak tepat," tuturnya sambil tertawa.

Begitu mendalamnya kisah yang disampaikan oleh dokter Triharnoto, membuat Fiona menerapkan gaya yang sama dalam bekerja. Melayani pasien itu ya pakai otak dan hati.

 

 

Sekarung durian dari pasien

Sekarung durian dari pasien

Menjalani masa-masa sebagai dokter pegawai tidak tetap (PTT) ada banyak kejadian menarik. Fiona sendiri menjadi dokter PTT di desa terpencil di Toima, Kabupaten Luwuk Banggai, Sulawesi Tengah pada 2011-2012. Listrik hanya menyala beberapa jam sehari dan sinyal ponsel pun tak ada.

"Pas saya selesai bertugas PTT di sini, listrik jadi 24 jam dan sinyal pun masuk," katanya sambil tertawa.

Meski berada di daerah terpencil, tak membuat dirinya jadi lemah. Fiona menyadari masa-masa menjadi dokter PTT itu untuk mendapatkan pengalaman hidup. "Saat di tempat seperti ini kan ditantang untuk sekreatif mungkin menggunakan sumber daya yang ada untuk mengatasi kondisi pasien," tuturnya mantap.

Dokter Fiona Amelia (Foto: Liputan6.com/Yoppy Renato)

Gegar budaya sempat dialami Fiona saat berada di Toima. Lahir dan besar di Bogor, Jawa Barat yang cenderung cara berbicaranya halus, dirinya kaget ketika berbincang dengan masyarakat Toima yang biasa berbicara kencang-kencang. Untungnya, dia bisa cepat beradaptasi.

Salah satu penyakit yang masih ada di Toima adalah TBC. Salah satu cerita menarik berasal dari pasien TBC yang berhasil sembuh setelah rutin mengonsumsi obat. Betapa senangnya si pasien karena nafsu makannya membaik dan berat badan bertambah. Sebagai ucapan terima kasih, pasien ini memberikan hadiah sekarung durian untuk Fiona.

Dokter Fiona Amelia (Foto: Liputan6.com/Yoppy Renato)

"Jadi waktu dia sudah selesai pengobatan, dia nganterin satu karung duren ke rumah dinas. Dapat 10 buah kalau enggak salah. Hahaha... Saya bagi-bagi ke tetangga," kenangnya.

Tak hanya durian, aneka ucapan terima kasih dari pasien lain berupa buah-buahan seperti pisang sering diberikan untuknya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya