Liputan6.com, Jakarta Tidak terhitung sudah berapa banyak pasien "buangan" dari pengobatan alternatif yang ditangani dr Andjar Bhawono, SpOT. Dokter spesialis bedah ortopedi dari RS MMC, Kuningan, Jakarta Selatan, mengatakan, 60 sampai 70 persen pasien trauma atau kecelakaan yang dia terima mengakui telah lebih dulu berobat ke "orang pintar".
Tidak mudah bagi dia untuk mendapatkan gelar SpOT di belakang namanya. Sehingga, wajar bila Andjar geram, kemudian meminta pemerintah membuka mata lebar-lebar untuk membuat peraturan yang ketat pada tempat-tempat praktik pengobatan alternatif.
Advertisement
Baca Juga
Sebab, alternatif itu sendiri tidak ada di dalam kamus kedokteran. Khusus untuk bidang yang ditekuninya, yang diakui keberadaannya hanya fisioterapi.
"Karena fisioterapi bagian dari ilmu kedokteran itu sendiri," kata Andjar kepada Health Liputan6.com saat diwawancarai beberapa waktu lalu.
Menurut Andjar, pemerintah harus memberlakukan hal yang sama pada pelaku pengobatan alternatif. Mereka juga dinilai perlu mempunyai surat izin praktik resmi juga.
"Sedangkan kita dari profesi kedokteran, contoh saya, setiap lima tahun harus punya STR, diuji lagi, SIP saya diuji lagi. Ada sedikit perbedaan perlakukan antara kita yang benar-benar menempuh pendidikan dengan alternatif yang hanya modal lihat-lihat, doang," kata Andjar.
Dalam menghadapi pasien yang ternyata memilih ke alternatif lebih dulu ketimbang segera pergi ke dokter, Andjar mengatakan, "Besok-besok kalau kecelakaan lagi, ke `orang pintar` dulu baru ke `orang bodoh` kayak saya. Mendengar itu mereka diam."
Meski geram, Andjar menyadari bahwa masih banyak orang yang pergi ke pengobatan alternatif ketimbang langsung ke dokter karena kurang informasi. Ditambah lagi dengan cerita-cerita pasien--yang katanya-- sembuh setelah berobat ke alternatif.
"Sembuh? Parameter sembuhnya apa? Kita parameter sembuhnya menggunakan foto. Si pasien dikasih foto terkait tulang dan bentuk tulangnya setelah diobati. Kalau di alternatif, kadang foto dari dokter malah dibuang," kata Andjar menekankan.
Menurut Andjar, pasien pengobatan alternatif yang merasa sembuh itu tak lagi merasakan sakit. Mereka beranggapan, rasa sakit yang hilang adalah proses dari penyembuhan. "Padahal belum tentu seperti itu," kata Andjar.