Liputan6.com, Jakarta Tahu bukan hanya digemari di Asia, tapi juga dunia. Hal ini mungkin yang mendasari para ilmuwan di the National University of Singapore untuk mengembangkan minuman beralkohol dari tahu.
Seperti diberitakan Independent, Sabtu (2/12/2017), para ilmuwan dalam hal ini memanfaatkan limbah dalam pembuatan tahu. Sisa limbah ini lalu diubah komposisinya melalui proses fermentasi yang panjang hingga menjadi minuman beralkohol layaknya wine.
Baca Juga
"Kami menambahkan gula, asam, ragi, serta penambah rasa ke minuman tersebut.Alhasil, minuman ini memiliki kandungan alkohol 8 persen," kata profesor Liu Shao Quan dan mahasiswa PhD, Mr Chua Jian Yong, Sachi.
Advertisement
Tapi selain rasanya yang enak, minuman yang disebut Sachi ini ternyata memiliki manfaat kesehatan yang mengesankan. "Karena tahu dibuat dari kedelai, maka kandungan gizinya tinggi, bahkan limbahnya mengandung kalsium."
Liu bahkan mengklaim, minuman ini bisa memberikan manfaat kesehatan bagi tulang, jantung dan mencegah risiko kanker.
Untuk saat ini, Sachi memiliki umur simpan hanya empat bulan. Sebab peneliti tidak menggunakan bahan pengawet khusus untuk memproses tahu ini .
Â
Simak video menarik berikut ini:
Tahu dan tempe untuk mencegah kanker
Kanker prostat sejatinya dapat dicegah dengan rutin mengonsumsi tahu dan tempe, teh hijau, tomat, sayur mayur dan buah-buahan serta menghindari konsumsi daging merah.
"Tapi, kenyataannya banyak dari kita yang mengonsumsi tahu dan tempe seminggu tak lebih dari 3 potong," terang dokter ahli urologi dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo (RSCM), Prof. dr. Rainy Umbas, PhD, Sp. U, beberapa waktu silam.
Padahal, menurut Umbas, kalau sadar akan bahaya kanker prostat, kita wajib mengonsumsi itu semua. Yang terpenting, periksakan kondisi diri sendiri sedini mungkin. "Jangan sampai, pria tahu dirinya terkena kanker prostat setelah sudah stadium lanjut," kata Umbas.
Beberapa faktor risiko lain yang membuat pria mudah terserang kanker prostat adalah mereka yang menjalankan diet tinggi lemak atau gemar mengonsumsi makanan berlemak, kekurangan sinar matahari, penuaan dini, riwayat keluarga, dan ras.
Advertisement