KLB Campak Meluas ke Perbatasan Papua Nugini, 23 Balita Meninggal

Masalah campak dan gizi buruk yang menyerang Asmat meluas sampai ke perbatasan Papua Nugini. Banyak balita meninggal.

diperbarui 22 Jan 2018, 15:30 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2018, 15:30 WIB
Satgas Kesehatan TNI Beri Vaksin Campak di Asmat
Satgas Kesehatan TNI memberi vaksin campak terhadap anak-anak di Kabupaten Asmat, Papua, Jumat (19/1). Tim Gabungan Satgas Kesehatan TNI KLB menyalurkan bantuan berupa vaksin ke kampung-kampung terpencil di Kabupaten Asmat. (LIputan6.com/Pool/Puspen TNI)

JawaPos.com, Jakarta Wabah campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat, Papua, semakin meluas ke Kabupaten Pegunungan Bintang. Sebuah daerah yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini. Dari laporan yang didapatkan Mabes TNI, 27 orang meninggal dunia. Sebanyak 23 di antaranya balita.

Atas data ini, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto telah memerintahkan jajarannya terjun ke Kabupaten Pegunungan Bintang untuk memberikan pertolongan. TNI mengirim tenaga medis dan obat-obatan.

Kapuspen TNI Mayjen TNI M. Sabrar Fadhilah mengungkapkan, perintah panglima TNI tersebut sudah disampaikan ke Kodam XVII/Cenderawasih serta Satuan Tugas (Satgas) Kesehatan TNI Kejadian Luar Biasa (KLB).

"Untuk segera mengambil langkah penyelamatan dengan memeriksa dan memberikan bantuan," ujar Sabrar kepada Jawa Pos pada Minggu, 21 Januari 2018.

 

Kondisi Campak di Asmat

Campak
Sebanyak 2.027 warga Asmat mendapatkan pelayanan kesehatan dari Satgas TNI. (Puspen TNI)

Sabrar menjelaskan, Kampung Pedam di Distrik Okbab menjadi daerah dengan kondisi paling buruk. Serangan campak dan gizi buruk di Kampung Pedam kali pertama dilaporkan pihak Korem 172/Praja Wira Yakthi bersama petugas medis dari RSUD Kabupaten Pegunungan Bintang.

Mereka sudah melaksanakan prosedur pertolongan pertama. Agar lebih efektif, TNI bakal menambah petugas medis di lokasi tersebut.

"Hari ini (kemarin, Red) panglima TNI memerintahkan untuk dikirim tim kesehatan dari Timika," kata Sabrar menerangkan.

Sabrar mengungkapkan, mengakses Distrik Okbab tidaklah mudah. Paling cepat lewat jalur udara. Namun, tidak bisa sembarangan pesawat yang dipakai.

"Harus menggunakan pesawat kecil atau heli," kata dia. Jika memaksakan lewat jalur darat, mereka harus berjalan kaki melalui medan yang berat.

Ketika dikonfirmasi, Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel M Aidi menyampaikan, informasi tentang wabah campak dan gizi buruk di Kabupaten Pegunungan Bintang sudah diterima Selasa lalu (16/1).

"Telah terjadi wabah yang mengakibatkan masyarakat meninggal sebanyak 27 orang," kata dia.

"Dari angka tersebut, 23 merupakan balita," ujarnya.

 

Kendala dalam Menghadapi Masalah Campak di Asmat

Campak
Pasien campak di Asmat ternyata mengalami komplikasi lain, seperti radang paru. (Puspen TNI)

Berbagai kendala membuat tim dari Kodam XVII/Cenderawasih tidak bisa segera bergerak. Alhasil, tim baru bergerak empat hari setelah laporan diterima.

Kodam XVII/Cenderawasih mengirim 12 petugas medis. Terdiri atas seorang ketua tim, tiga prajurit TNI, dua dokter RSUD Kabupaten Pegunungan Bintang, empat perawat, serta dua ahli gizi.

Mereka bertolak ke Distrik Okbab dengan pesawat Pilatus. Dari sana, mereka melanjutkan perjalanan ke Kampung Pedam.

"Ditempuh selama satu hari jalan kaki," tutur Aidi.

Bersamaan dengan pengiriman petugas medis ke Kabupaten Pegunungan Bintang, pesawat Hercules TNI-AU yang diterbangkan Mabes TNI dari Jakarta ke Papua mendarat di Lanud Timika.

Tidak kurang dari sembilan ton bantuan yang berupa makanan, minuman, serta pakaian dikirim dengan pesawat tersebut. Menurut Aidi, bantuan itu disimpan di dua lokasi. Tujuannya, distribusi lebih efektif.

"Saat ini disimpan di Kodam XVII/Cenderawasih dan Kodim 1710/Mimika," ucapnya.

 

Masalah Campak di Asmat

Campak
Satgas TNI memberikan pelayanan kesehatan campak dan gizi buruk di Asmat, Papua. (Puspen TNI)

Sementara itu, Kabidhumas Polda Papua Kombespol A.M. Kamal menuturkan, pihaknya telah menerjunkan Kapolres untuk memastikan kejadian tersebut.

"Kapolres sudah terjun, harus jalan kaki beberapa jam," kata Kamal saat dihubungi Jawa Pos kemarin.

Menurut dia, sama halnya dengan yang terjadi di Asmat, Polda Papua akan semaksimalnya membantu.

Sebelumnya, Polda Papua mengevakuasi 14 anak suku Asmat ke Rumah Sakit Agats. Perinciannya, 11 anak menderita gizi buruk, satu anak mengalami patah kaki dan tangan, serta dua anak terserang campak. Evakuasi dilakukan dengan kapal Polair Polres Mimika.

Polda Papua juga telah memeriksa kesehatan 472 pasien dari suku Asmat. Sebanyak 10 pasien di antaranya dirujuk ke puskesmas karena terserang campak, mengalami dehidrasi, dan kurang gizi.

"Yang diimunisasi 112 orang," kata Kamal. Kasus di Kabupaten Asmat telah menewaskan 46 orang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya