Ibu Melahirkan dan Neonatus Tidak Lagi Meninggal di Poto Tano

Tidak ada satu perempuan atau anak pun yang pantas mati dalam proses melahirkan. Kematian tersebut dapat dicegah, dimanapun mereka berada.

oleh dr Mochammad Fadjar Wibowo MSc GH diperbarui 09 Feb 2018, 11:30 WIB
Diterbitkan 09 Feb 2018, 11:30 WIB
Ibu Hamil dan Melahirkan
Foto: Dok. CISDI

Liputan6.com, Sumbawa Barat Tingginya angka kematian ibu dan anak menjadi salah satu fokus utama pembangunan kesehatan berkelanjutan di seluruh dunia. Dengan angka kematian ibu dan anak di atas rata-rata negara seluruh dunia, Indonesia turut menjadikan masalah ini sebagai salah satu fokus utama pembangunan. Saat ini, 1 dari 5 perempuan meninggal dunia saat hamil, melahirkan serta pada masa nifas. Sementara itu, 1 dari 3 bayi baru lahir meninggal dunia dalam 28 hari pertama kelahiran.

Salah satu strategi yang signifikan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu adalah memastikan pertolongan persalinan dilakukan secara bersih dan aman oleh tenaga kesehatan terampil, seperti dokter, perawat dan bidan. Cara ini dapat menurunkan kematian ibu akibat komplikasi intrapartum sebesar 20% dan mengurangi kematian neonatus separuhnya. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan ini harus ditingkatkan sampai dengan 100%.

Di Nusa Tenggara Barat, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan baru mencapai angka 88,75%. Masih ada sebagian warga yang pergi ke dukun untuk melakukan persalinan. Praktik ini masih ditemukan di Kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Poto Tano memiliki praktik persalinan di dukun (tamang) yang telah dilakukan secara turun-temurun. Tamang dianggap sebagai tenaga penolong persalinan yang dipercaya, disegani, dan diyakini memiliki kesaktian oleh masyarakat setempat. Tamang terdapat di hampir setiap desa dengan rata-rata usia di atas 70 tahun. Meski telah berusia tua, sebagian besar ibu hamil memilih untuk bersalin di tamang karena merasa lebih nyaman dan menganggap tamang lebih sabar. Selain itu, beberapa ibu mengatakan bahwa biaya bersalin di tamang lebih murah dibandingkan di fasilitas layanan kesehatan – yang sebetulnya tidak dipungut biaya dengan kepemilikan kartu identitas dan kartu jaminan kesehatan.

 

 Melihat keadaan tersebut, Pencerah Nusantara bersama Puskesmas Poto Tano berinisiatif untuk menjalin kemitraan antara dukun dan bidan. Mereka menjadikan bidan sebagai tenaga teknis persalinan, dan tamang sebagai pemberi informasi serta pendamping kehamilan. Dengan prinsip saling menghormati, tamang dan bidan bekerja sama untuk menurunkan angka kematian ibu dan neonatus.

Program kemitraan ini disambut baik oleh tamang yang berada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Poto Tano. Program ini menjadi salah satu upaya dalam mendukung program inovasi KIA yang diinisiasi oleh Puskesmas Poto Tano dan Pencerah Nusantara, yaitu OMKINO (Optimalisasi Menuju Kematian Ibu Nol).

Kegiatan kemitraan yang dilakukan berupa sosialisasi kebijakan terkait kesehatan ibu dan anak, pembinaan tanda bahaya serta persiapan kehamilan, persalinan dan nifas yang bersih dana man. Selain itu, dilakukan pembagian peran dengan menjadikan bidan sebagai penolong persalinan serta tamang sebagai pendamping persalinan dan perawat paska persalinan pada ibu dan neonatus. Menariknya, terdapat pula penetapan sanksi yang telah disepakati jika tamang menolong persalinan dengan sengaja tanpa memberitahu bidan desa atau jika tamang terpaksa menolong persalinan karena bidan desa tidak ada di Poskesdes.

Inisiatif ini selaras dengan program Kemitraan Bidan dan Dukun dari Kementerian Kesehatan Indonesia untuk daerah dengan akses sulit. Usaha serta inovasi kolaborasi berbagai lapisan pelayanan kesehatan dalam keterbatasan ini diharapkan dapat membantu penurunan angka kematian ibu dan neonatus di wilayah kerja Poto Tano, karena penurunan kematian ibu dan anak merupakan tanggung jawab bersama dimanapun berada.

 

Penulis: Aprillia Indah Fajarwati, A.Md.Keb, Pencerah Nusantara V Sumbawa Barat

Editor: Aghnia Jolanda Putri 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya