Lari 10K Sebelum Waktu Buka, Eka Merasa Happy

Eka Sophiani sudah empat tahun getol melakukan lari sebelum waktu buka puasa tiba.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 30 Mei 2018, 17:00 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2018, 17:00 WIB
Olahraga, Puasa
Puasa bukan menjadi halangan Eka Sophiani untuk tetap lari. Bukan jarak dekat, tapi bisa sejauh 10 kilometer. (Foto: Eka Sophiani)

Liputan6.com, Jakarta Lari sejauh lima sampai tujuh kilometer sebelum buka puasa bukan sesuatu yang sulit dilakukan Eka Sophiani sekarang.

Di saat kebanyakan orang yang sedang berpuasa menghindari aktivitas fisik, karena takut lemas dan haus, perempuan 32 tahun yang merupakan seorang karyawati swasta di kawasan Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, ini malah merasa aneh apabila tak melakukan apa-apa jelang waktu berbuka tiba.

"Soalnya gue merasa happy setiap kali habis lari," kata Eka Sophiani saat berbincang dengan Health Liputan6.com pada Rabu, 30 Mei 2018.

Eka mengaku tidak muncul rasa takut bakal terjadi apa-apa kalau dia lari saat sedang puasa. Sebab, apa yang dia kerjakan itu, 'di bawah' pengawasan seorang pelatih, yang selalu melatih Eka dan teman-teman dari komunitas lari Obler setiap Selasa di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, dan Kamis di Plasa Semanggi.

"Karena aman kata coach, jadi enggak takut, sih. Pokoknya, lari saja dulu, nanti dilihat kuatnya berapa jauh," kata Eka menambahkan.

 

Olahraga Puasa
Eka memulai kebiasaan lari saat puasa ini di tahun 2014. (Foto: Eka Sophiani)

Dia tidak sendirian melakukan aktivitas fisik satu ini. Kemarin saja, Eka lari bersama dua orang teman dari komunitas Obler di sore hari.

"Lari bareng sama teman-teman menjadi salah satu faktor yang bikin mood jadi enak," kata Eka.

 

Lari Saat Puasa Dimulai pada 2014

Kebiasaan lari ini bermula dari ketidaksengajaan yang terjadi pada bulan puasa 2014.

Eka bercerita bahwa kala itu, dia baru selesai mendaftar lomba lari sejauh 21 kilometer. Kemudian, jarak latihan ke jadwal lomba sangat singkat, dan merasa perlu latihan lari. "Mulai deh coba lari saat puasa," katanya.

Adapun jadwal larinya, lanjut Eka, mengikuti waktu latihan Obler pada Selasa dan Kamis. "Akan tetapi larinya dimulai sebelum buka puasa. Semacam ngabuburit," katanya.

Eka amat menyadari, latihan fisik sesaat sebelum waktu berbuka tiba tentu saja memiliki risiko. Karena itu, dia tidak mau gegabah, dan selalu konsultasi ke sang pelatih, aman atau tidak latihan yang akan dikerjakan.

Kalau sekarang Eka bisa lari berpuluh-puluh kilometer, bahkan saat puasa bisa sejauh 10 kilometer, semuanya dikerjakan bertahap.

"Pas pertama kali lari di bulan puasa cuma 5K. Itu rasanya kering banget tenggorokan gw. Pas kedua kali, naik jadi 7K, terus naik jadi 10K," katanya.

Kegiatan itu berlangsung sampai sekarang.

"Karena sudah biasa, kadang malah suka dijadwalkan ngabuRUN gitu, deh," kata Eka yang berhasil menurunkan berat badan sebanyak 21 kilogram, dari 60 kg ke 49 kg. "Sekarang stabil di 51 atau 52 kg."

 

Benefit Lari Saat Puasa

Bagi yang ingin mencoba berolahraga di bulan puasa seperti Eka, dia berpesan agar pastikan dulu bahwa kondisi badannya fit dan cukup istirahat.

Bagi yang mau lari, sesuaikan dengan kemampuan diri sendiri dan jangan terlalu memaksakan diri.

"Kalau enggak pernah lari bulan puasa, sebaiknya jalan santai saja dulu. Atau konsultasikan dengan yang mengerti," katanya.

Yang pasti, akan banyak benefit atau keuntungan yang bakal didapat oleh orang-orang yang berolahraga saat sedang puasa.

Eka merasa lebih sehat, badan terasa enteng, segar, dan tidak mudah sakit. "Sedangkan berat badan turun itu, bonus ya," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya