Liputan6.com, Bandung Penyakit Guillain-Barre Syndrome (GBS) atau autoimun yang menyerang pasien anak yang dirawat di Rumah Sakit Hasan Sakidin (RSHS) Bandung, rujukan dari Rumah Sakit Majalaya, Kabupaten Bandung, disebabkan oleh kerusakan selaput saraf. Penyakit kategori langka itu merusak imunitas (kekebalan tubuh) yang menyerang sebagian sistem saraf periferal.
Menurut Dokter Spesialis Anak RSHS Nelly Amalia Risan, penyebab kerusakan saraf tersebut akibat infeksi akibat virus. Virus itu sendiri kata Nelly, merupakan antigen yang seharusnya tubuh merespon dengan mengeluarkan anti bodi tubuh, namun salah mengenalinya sehingga menyebabkan kerusakan saraf.
Baca Juga
"Hanya menyerang saraf tepi. Saraf kita itu ada dua ya, saraf pusat dan saraf tepi. Saraf pusat itu kayak yang di otak, yang di tulang belakang kita itu saraf pusat. Ya jadi saraf tepi itu yang duluan diserang," kata Nelly, Bandung, Senin, 13 Agustus 2018.
Advertisement
Nelly Amalia menjelaskan biasanya selaput saraf yang diserang mulai dari kaki. Gejalanya kata Nelly, kaki mulai lemas dan akhirnya tidak bisa digerakkan. Kemudian bertahap ke selaput saraf yang berada di tubuh bagian atas.
Tahap autoimun yang paling berbahaya kata Nelly, yaitu menyerang selaput saraf otot pernapasan dan menelan. Jangka waktu penjalaran penyakit auto imun, paling cepat selama dua minggu bertahap sebelum menyerang selaput saraf kaki.
"Biasanya tahapan penjalaran penyakit autoimun selama dua minggu itu adalah kategori ringan dan yang berat atau progresif adalah adanya kelumpuhan. Kelumpuhan tersebut dapat memicu kematian akibat kelumpuhan yang terjadi. Biasanya terjadi adanya infeksi diluar virus penyakit GBS," ujar Nelly.
Nelly menjelaskan selama virus autoimun menyerang selaput saraf peti, diperkirakan tidak akan menyebabkan kematian. Hanya saja,penyakit bawaan yang diderita oleh pasien sehingga menyebabkan infeksi lainnya dapat memperberat kondisi pemulihan tubuh. Bahkan kata Nelly, virus pemicu influenza juga dapat memperberat kondisi penyakit GBS.
RSHS menyatakan untuk kasus serupa yang menimpa pasien asal Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, telah melakukan tindakan medis untuk menurunkan seluruh berbagai penyakit yang timbul akibat melemahnya kekebalan tubuh. Tim medis telah memberikan berbagai macam obat, termasuk antibiotik untuk membasmi virus yang menempel. Saat ini kondisi pernapasan secara normal berangsur pulih, sedangkan penyakit darah tingginya sudah mulai menurun.
Pasien dengan penyakit kelainan imun berat ini, secara keseluruhan kondisinya membaik dari semula datang ke rumah sakit umum pemerintah rujukan se Jawa Barat tersebut. Pada awalnya, pasien datang dengan keluhan gangguan kesulitan menelan dan kelainan kelemahan di tungkai. Kini pasien dirawat di ruang intensive care unit (ICU). (Arie Nugraha)