Liputan6.com, Jakarta Bencana gempa dan tsunami di Palu dan Donggala menjadi pelajaran untuk masyarakat tentang pentingnya siaga bencana. Mengutip dari laman bnpb.go.id pada Minggu (30/9/2018), untuk menghadapi tsunami, ada beberapa hal yang harus masyarakat ketahui.
Sebelum bencana, pastikan sudah ada pembangunan sistem peringatan dini tsunami. Masyarakat lokal, khususnya yang tinggal di pinggir pantai harus tahu mengenai tsunami. Selain itu, sosialisasi tentang cara-cara penyelamatan diri dari bahayanya juga harus dilakukan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, umumnya, tsunami di Indonesia didahului dengan gempa bumi besar dan susut laut. Selain itu, terdapat selang waktu antara waktu terjadinya gempa sebagai sumber tsunami dengan waktu tiba ombak besar di pantai.
Advertisement
Gelombang air laut bisa datang secara mendadak dan berulang dengan energi yang sangat kuat. Di Indonesia sendiri, tsunami terjadi dalam waktu kurang dari 40 menit setelah gempa bumi besar di bawah laut.
Masyarakat pun diimbau untuk secepatnya melaporkan kepada petugas, apabila mengetahui tanda-tanda akan terjadinya tsunami.
Setelah bencana, beberapa hal yang harus dilakukan menurut BNPB adalah pembangunan tempat evakuasi di sekitar daerah pemukiman, pembangunan tembok penahan tsunami, dan penanaman mangrove di garis pantai yang berisiko tsunami.
Simak juga video menarik berikut ini:
Â
Bertahan Hidup dari Tsunami
Mengutip laman American Red Cross, ada beberapa hal yang harus Anda ikuti untuk menjauhkan diri dari tsunami.
Untuk melarikan diri dari bencana tersebut, pergilah setinggi-tingginya dan sejauh-jauhnya yang Anda bisa dari laut. Idealnya ke titik 100 kaki di atas permukaan laut, atau 2 mil (3,2 kilometer) jauhnya.
Selain itu, ingatlah bahwa setiap jejak langkah Anda menuju ke permukaan yang lebih tinggi bisa membuat perbedaan dalam hidup.
Semakin jelas Anda melihat gelombang ombaknya, yang dalam hal ini semakin jauh Anda darinya, ini berarti semakin dekat dengan keselamatan.
Advertisement