Yuk, Jangan Lagi Rendah Diri

Harga diri merupakan imun dari sistem emosimu,

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Okt 2018, 18:00 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2018, 18:00 WIB
Depresi
Merasa kurang bahagia dan butuh banyak alasan untuk termotivasi adalah beberapa dari sekian banyak hal yang dirasakan mereka yang rendah diri. (iStockphoto/AntonioGuillem)

Liputan6.com, Jakarta “Eh Zi, kayaknya tadi aku lihat ada pengumuman penerimaan penyiar radio baru, lho! Kan kamu udah sejak lama pengen jadi penyiar radio di sana.’’

“Kan aku udah coba dua kali sebelum ini, Nad. Kamu tahu sendiri dua kali itu juga aku nggak berhasil.’’

‘’Ya ampun, kan bisa dicoba lagi, Zi. Lagian waktu itu kamu enggak diterima karena mereka cuma butuh dua orang sementara kamu ada diperingkat tiga. Bukan berarti kamu jelek atau apa. Waktu itu mungkin belum rejekimu aja. Ayo deh dicoba lagi. Siapa tau kali ini keterima.’’

“Enggak deh, Nad. Kecil kemungkinan aku bisa jadi penyiar radio. Jadi penyiar radio juga udah bukan cita-citaku lagi. Lagian aku udah lama banget enggak denger radio itu lagi.’’

Pernahkah kamu memiliki pengalaman yang mirip dengan kisah di atas? Memiliki teman yang kurang termotivasi dan mudah pesimis? Padahal, kamu sebagai teman, mengerti betul bahwa temanmu memang cakap dan mampu di bidang itu. Jika kamu merasa tidak ada teman yang seperti itu, mungkin dirimu sendiri yang pernah mengalaminya?

Sistem Imun untuk Emosi

Sudahkah kamu tahu bahwa sistem emosi juga punya imunnya? Yap! Harga diri merupakan imun dari sistem emosimu, lho. Jadi, bukan cuman fisikmu yang punya imun, tetapi sistem emosi juga memilikinya.

Maksudnya gimana, sih? Jadi gini, kamu sering dengar tentang orang yang imun tubuhnya rendah akan mudah terserang penyakit, kan? Nah, sama kok. Orang yang imun emosinya rendah atau bisa disebut dengan orang dengan harga diri rendah, lebih mudah terserang ‘luka’ psikologis.

Mereka yang rendah diri, lebih rentan terhadap ‘luka’ psikologis yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Luka psikologis yang dimaksud bisa dalam bentuk kegagalan atau penolakan. Mereka akan mudah drop dan butuh waktu lama untuk bangkit kembali.

Contoh kasusnya bisa dilihat di bagian pembuka artikel ini. Zizi yang dianggap mampu menjadi penyiar radio oleh Nadiyah justru merasa tidak mampu. Zizi drop karena sudah pernah dua kali mengikuti audisi penyiar radio dan tidak diterima. Sebagai kawan, Nadiyah perlu sedikit memaksa dan meyakinkan Zizi agar mau ikut audisi penyiar radio lagi. Namun, Zizi justru mengungkapkan bahwa menjadi penyiar radio bukanlah cita-citanya lagi.

Dirimu Begitu Berharga

Merasa kurang bahagia dan butuh banyak alasan untuk termotivasi adalah beberapa dari sekian banyak hal yang dirasakan mereka yang rendah diri. Mereka yang rendah diri, perlu sering dibantu untuk mengetahui kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Selain itu, mereka yang rendah diri lebih mudah merasa kesepian.

Lalu, bagaimana mengetahui apakah kamu memiliki harga diri yang rendah atau tinggi? Kamu bisa memulainya dengan mengajak dua atau tiga orang yang kamu percaya untuk berbincang. Kemudian ajukan beberapa pertanyaan seperti, seberapa berharganya dirimu untuk dirimu sendiri? Hal apa yang ingin kamu lakukan dalam hidupmu? Bagaimana hubunganmu dengan orang-orang sekitarmu? Akan tetapi, menjawab pertanyaan itu harus dengan jujur ya.

Meningkatkan kualitas diri dengan tidak lagi merasa rendah diri bisa dilakukan dengan mudah. Coba perlahan, berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Kata-kata “jadilah dirimu sendiri” itu bukan hanya isapan jempol semata. Menjadi diri sendiri dengan bangga atas kelebihan yang dimiliki diri dan memahami kekurangan diri itu hal yang harus bisa dilakukan.

Seberapapun kita melihat kesempurnaan orang lain, tetap tidak ada yang bisa menjadi sempurna untuk kemudian menjadi tolak ukur kita membandingkan dengan diri sendiri. Dengan berhenti membandingkan diri dengan orang lain, kita bisa hidup dengan perasaan dan pikiran yang lebih positif. Setelahnya, perasaan rendah diri bisa perlahan menghilang.

Jadi, tetaplah bersemangat dan yakin bahwa ada kemampuan yang dapat membuatmu berprestasi, ya! Jangan hanya berfokus pada kekurangan diri dan kelebihan orang lain. Tapi, sudah saatnya kita menggali potensi diri dan bangga akan pencapaian yang sudah diraih diri sendiri.

Yuk, semangat mencintai diri sendiri, lengkap dengan kelebihan dan kekurangan yang kita miliki!

Tulisan Dzikria A. Primala dari Pijar Psikologi untuk Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya