Apa Perbedaan Inseminasi dan Bayi Tabung?

Inseminasi dan bayi tabung merupakan teknik untuk membantu reproduksi, ada perbedaan antara kedua proses tersebut.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 03 Des 2018, 10:00 WIB
Diterbitkan 03 Des 2018, 10:00 WIB
hamil
ilustrasi hamil/copyright unsplash/Devon Divine

Liputan6.com, Jakarta Inseminasi dan bayi tabung merupakan teknik medis yang membantu reproduksi dan kehamilan. Bagi pasangan yang sulit memperoleh momongan, alternatif pilihan di antara kedua proses bisa dilakukan. Sebelum memutuskan prosedur mana yang akan dijalani, dokter akan memeriksa lebih dalam kondisi pasangan, baik dari kualitas, sperma, sel telur, dan rahim.

Pasangan pun perlu mengetahui, inseminasi dan bayi tabung punya perbedaan. Pada proses inseminasi,  sperma ditempatkan di dalam rahim untuk pembuahan. Sebagaimana dilansir dari American Pregnancy, inseminasi bertujuan meningkatkan jumlah sperma yang mencapai saluran tuba (bagian dari sistem reproduksi berupa pipa yang menjadi jalur perjalanan sel telur dari indung telur/ovarium ke rahim).

Ketika sperma sudah diletakkan dalam rahim, hal itu meningkatkan kemungkinan pembuahan. Inseminasi memberikan keuntungan pada sperma untuk menuju rahim. Meski begitu, sperma tetap harus bergerak mencapai dan menuju sel telur sendiri.

“Untuk inseminasi, dokter akan menyemprotkan sperma yang sudah ditingkatkan kualitasnya ke dalam rahim. Kemudian pembuahan terjadi secara normal,” kata dokter spesialis kandungan dan ginekolog, Batara Imanuel Sirait saat ditemui di Hotel Bidakara, Jakarta, ditulis Senin (3/12/2018).

Kategori pasien yang dapat menjalani inseminasi antara lain, kondisi serviks (leher rahim) yang bermasalah, termasuk masalah lendir serviks, jaringan parut serviks dari prosedur operasi sebelumnya yang dapat menghalangi kemampuan sperma untuk memasuki rahim, dan disfungsi ejakulasi. Adanya disfungsi ejakulasi memengaruhi jumlah dan kualitas sperma sehingga sperma yang masuk sulit membuahi.

Di sisi lain, inseminasi juga dilakukan pada pasangan yang tidak punya masalah produksi sperma dan sel telur. Artinya, sperma dalam jumlah yang cukup dan sel telur tidak tersumbat.  

 

 

Saksikan video menarik berikut ini:

Bayi tabung

hamil
Cek juga seputar bayi tabung. copyright Rawpixel

Program bayi tabung (in vitro fertilization/IVF) adalah teknologi reproduksi dengan proses pembuahan  mengekstrak telur dan mengambil sampel sperma. Kemudian menggabungkan telur dan sperma di piring laboratorium. Setelah digabungkan, embrio ditransfer ke rahim.

Program ini dianjurkan bagi pasangan yang mengalami masalah produksi sperma dan sel telur. Hal ini terkait kualitas sperma. Kualitas sperma yang baik dilihat dari jumlah, bentuk, dan gerakan.

Pada pasangan dengan kondisi jumlah sperma tidak normal, tapi bentuk sperma baik masih bisa dilakukan proses bayi tabung.

“Contohnya, bentuk sperma anggaplah normalnya itu harus 4 persen. Dalam kasus ini ternyata bentuknya normal 1 persen. Meski begitu, masih memungkinkan lakukan bayi tabung. Dilihat dari gerakan dan jumlahnya yang mungkin baik,” tambah Batara, yang berpraktik di klinik Morula IVF.

Jika produksi sperma kurang sekali,  bahkan tidak ada (yang bisa dikeluarkan), maka sperma dapat diambil dari testis. Di dalam testis, sperma diproduksi. Hal ini dapat dilakukan dengan bantuan teknologi. Berkat teknologi sekarang, jemput sperma bisa dilakukan, bahkan sampai ke ‘pabriknya’ (testis). Proses bayi tabung bisa dilakukan dengan mengambil sperma dari testis langsung.

Yang paling membutuhkan program bayi tabung umumnya terkait kondisi sel telur wanita yang tersumbat kiri-kanan. Sel telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak dapat masuk dan pembuahan tidak bisa terjadi. Kondisi tersebut tidak memungkinkan seseorang hamil secara alamiah.

“Secara medis itu tidak memungkinkan untuk hamil. Dengan bayi tabung, kami bisa membantu memberikan harapan pada pasangan suami istri untuk memperoleh keturunan,” Batara menjelaskan.

Tingkat keberhasilan inseminasi dan bayi tabung

hamil
Tingkat keberhasilan inseminasi dan bayi tabung. copyright Rawpixel/roungroat

Tingkat keberhasilan inseminasi tergantung pada beberapa faktor. Jika pasangan menjalani prosedur inseminasi sesuai anjuran dokter setiap bulan, tingkat keberhasilan dapat mencapai 20 sampai 40 persen. Itu pun tergantung pada usia, kesuburan, dan apakah obat kesuburan digunakan.

Untuk program bayi tabung juga tergantung pada sejumlah faktor, termasuk riwayat reproduksi, usia ibu, pengaruh kesuburan, dan faktor gaya hidup.

Batara mengatakan, angka keberhasilan dan kegagalan  pada kedua prosedur memang tidak mencapai 50 persen. Dalam hal ini bisa dikatakan, lebih banyak angka kegagalan dibanding keberhasilan. Salah satu masalah yang sangat memengaruhi adalah usia wanita.

 “Ada variasi permasalahan. Soal usia wanita jelas sekali. Usia wanita sangat berpengaruh berpengaruh terhadap kualitas sel telur. Kalau spermanya sudah bagus, embrio good looking (bagus), tapi mungkin bisa gagal. Ya, kami akan jelaskan itu semua sebelum proses dimulai,” tegas Batara.

Batara dan tim pun selalu mempersiapkan mental pasien. Mempersiapkan kemungkinan yang terburuk (prosedur inseminasi dan bayi tabung gagal). Baik pasien, dokter, dan tim berjuang bersama dan mempersiapkan segala kemungkinan yang terjadi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya