Intensitas Hujan Tinggi, Ini Cara Jakarta Tekan Kasus DBD

Dinas Kesehatan DKI Jakarta berupaya mengantisipasi wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) yang biasanya jumlah kasus meningkat saat intensitas hujan yang tinggi.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 24 Jan 2019, 16:00 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2019, 16:00 WIB
20160308-Ilustrasi Hujan-iStockphoto
Antisipasi wabah DBD di Jakarta. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Seiring intensitas hujan yang tinggi, Dinas Kesehatan DKI Jakarta pun berupaya untuk menekan kasus demam berdarah dengue (DBD) di ibukota. 

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengatakan, jajarannya sudah menyebarkan surat edaran ke fasilitas-fasilitas kesehatan, baik puskesmas sampai rumah sakit untuk menekan kasus DBD.

"Gerakan ini masif. Ada edukasi juga kepada masyarakat terkait nyamuk aedes aegypti. Kan nyamuk yang membawa virus DBD," kata Widyastuti saat berbincang dengan Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, Kamis, 24 Januari 2019.

Iklim yang basah dengan intensitas hujan dan kelembapan tinggi termasuk faktor risiko nyamuk pembawa virus DBD, Aedes aegypti mudah berkembangbiak. Apalagi nyamuk suka dengan lingkungan yang ada genangan air.

 

 

Simak video menarik berikut ini:

Terapkan 3M

Nyamuk
Cegah DBD, masyarakat bisa terapkan 3M. (iStockphoto)

Masyarakat juga diimbau untuk memerhatikan lingkungan. Widyastuti menambahkan, penerapan 3M (Menguras, Menutup, Mendaur ulang) perlu dilakukan.

Menguras yakni membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampuangan air, seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, dan penampungan air lemari es.

Menutup rapat-rapat sejumlah tempat penampuangan air, misal drum, kendi, toren air, dan lain-lain dapat mencegah nyamuk aedes aegypti berkembangbiak. Mengubur dan mendaur ulang barang bekas yang tak terpakai bisa dilakukan.

Pantauan secara daring

Menghilangkan bekas gigitan nyamuk
Memantau secara daring untuk antisipasi DBD. (sumber: pixabay)

Untuk mendeteksi adanya temuan risiko pasien yang terjangkit DBD, pemantauan secara daring (online) juga dilibatkan. Pemantauan ketat ini melalui sistem surveilans DBD berbasis web daring yang sudah dilakukan sejak 2005.

Pemantauan melibatkan 160 rumah sakit serta puskesmas di seluruh Jakarta. "Kami punya sistem berbasis web yang bisa memantau puskesmas maupun rumah sakit kalau ada peningkatan pasien yang DBD. Sistem ini sudah terintegrasi dengan baik," lanjut Widyastuti.

Adanya sistem pemantauan ketat juga upaya yang bisa dilakukan masyarakat diharapkan kejadian kasus DBD bisa ditekan sehingga tidak menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya