Cerita Harris Jadi Petugas KPPS, Pulang Jam 2 Pagi dan Tetap Masuk Kerja

Harris menceritakan, betapa kerja keras menjadi petugas KPPS, yang pulang jam 2 pagi dan tetap masuk kerja.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 24 Apr 2019, 17:00 WIB
Diterbitkan 24 Apr 2019, 17:00 WIB
KPPS
Petugas KPPS Pemiu 2019 tempat Harris Maulana bertugas di TPS 49 Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. (Dok Harris Maulana)

Liputan6.com, Jakarta Duka mendalam tengah dirasakan masayarakat Tanah Air, sebanyak 119 orang petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dilaporkan meninggal dunia saat penyelenggaraan Pemilu 2019.

Data tersebut diperbarui Komisi Pemilihan Umum (KPU) hingga Selasa, 29 April 2019 pada pukul 16.30 Wib. Sementara itu, 548 orang petugas KPPS lainnya dinyatakan sakit. Total hingga saat ini terdapat 667 anggota KPPS di 25 provinsi yang terkena musibah usai pemungutan suara Pemilu 2019.

Menjadi petugas KPPS pada Pemilu tahun ini memang berat. Tanggung jawab menyelesaikan tugas penghitungan suara dilakoni petugas KPPS sampai dini hari bahkan pagi hari di keesokan harinya.

Membuka dan melipat surat suara presiden dan wakil presiden, anggota legislatif, anggota legislatif tingkat provinsi, anggota legislatif tingkat kabupaten/kota, serta DPD termasuk tantangan tersendiri yang dihadapi Harris Maulana. Saat Pemilu 2019 pada 17 April, Harris menjalani perannya sebagai petugas KPPS di TPS 49 Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat.

"Saya baru pulang jam 2 pagi (dini hari) setelah mengantar kotak suara ke kelurahan. Pada jam segitu, baru ada tiga TPS yang menyerahkan kotak suara ke kelurahan. Kotak suara dari TPS saya urutan ketiga. Masih banyak (TPS) yang belum serahkan (kotak suara)," ungkap Harris saat berbincang dengan Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, Rabu (24/4/2019).

Ia baru tiba di rumah pukul 02.30 WIB. Walaupun pulang dini hari, Harris tetap harus ke kantor pagi harinya. Diakui Harris memang lelah, tapi kewajiban masuk kerja harus dijalaninya.

"Besoknya (18 April) saya ngantor pagi-pagi. Meski jadi petugas KPPS, enggak boleh cuti kantor. Teler (lelah) juga sih. Tapi saya ganti istirahat penuh dan refleksi pada hari Sabtu. Hari Minggu-nya saya sudah sepedaan," ujar Harris.

Simak video menarik berikut ini:

Saling bergantian hitung surat suara

Jokowi - Ma'ruf Menang di TPS Sandiaga Uno
Petugas KPPS menghitung jumlah suara Pilpres 2019 di TPS 02 Selong, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (17/4). TPS 02 Selong merupakan lokasi cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno menggunakan hak suaranya. (Liputan6.com/JohanTallo)

Kelelahan menjadi salah satu penyebab petugas KPPS meninggal dunia. Harris juga merasa lelah, tapi hal tersebut dapat diatasi. Ia dan enam petugas KPPS lainnya di TPS lokasi bertugas menerapkan kerja shift (bergantian) saat menghitung surat suara. Artinya, ada kesempatan buat petugas KPPS beristirahat.

"Lelah iya. Tapi enggak terlalu kelelahan. Kami bekerja bergantian. Shift-shift-an gitu. Enggak dipatok berjam-jam kerjanya. Saat penghitungan suara misalnya, saya kebagian menghitung surat suara presiden dan wakil presiden. Habis itu, gantian rekan saya yang hitung surat suara lainnya," Harris melanjutkan.

Di sela-sela istirahat bergantian tugas menghitung surat suara, tidur sejenak bisa dilakukan. Ketika didera kantuk berat, Harris bisa tidur sejenak selama 10 menit. Tidur singkat ini setidaknya menyingkirkan rasa kantuknya yang berat.

"Yang dirasakan selepas bertugas jadi petugas KPPS itu paling kurang tidur aja. Pusing enggak juga. Penyakit lain enggak ada kok," tutur Harris.

Terkait petugas KPPS meninggal, Harris berpendapat, kemungkinan petugas KPPS di kelurahan yang banyak menjadi korban. Ini karena petugas KPPS di kelurahan harus mengecek dan menghitung kembali surat suara yang datang dari berbagai TPS.

"Memang harus dicek lagi, petugas KPPS mana yang lebih banyak meninggal, apakah di kelurahan atau di mana. Berat juga (menghitung) lima kotak surat suara," tuturnya.

Warga bawa nasi padang

Persiapan Pemilu Ulang di Ciputat
Petugas KPU Tangerang Selatan menunjukan surat suara Pilpres untuk pelaksanaan Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pemilu 2019 di Kantor KPU Tangerang Selatan, Selasa (23/4). PSU dilakukan karena adanya dugaan pelanggaran pada pelaksanaan Pemilu serentak 17 April 2019 lalu. (merdeka.com/Arie Basuki)

Terkait asupan makan, Harris dan rekan-rekannya tetap makan sesuai jadwal. Bahkan saling mengingatkan untuk makan. Tidak ada kata kelaparan, terlambat makan maupun tidak sempat makan.

"Makan tetap terkontrol. Tim kami ada bagian konsumsi. Makan pagi, siang, dan sore. Saya juga mengingatkan, siapa nih yang belum makan. Ayo, makan dulu. Yang penting kita harus tetap jaga kesehatan," kata Harris.

Yang paling mengharukan, kelelahan Harris dan rekan-rekan lain berkurang karena didukung partisipasi warga sekitar. Mereka datang ke TPS sambil membawa nasi padang.

"Iya, mungkin kasihan lihat kami harus kerja keras," tawa Harris.

Petugas KPPS di TPS Harris yang berlokasi di Perumahan Griya Melati juga terbantu dengan partisipasi warga yang aktif dalam Pemilu 2019. Partisipasi warga untuk datang ke TPS sebanyak 207 dari 234 daftar pemilih tetap (DPT). Tingkat partisipasi mencapai 88 persen.

Refleksi jari

Rekapitulasi Suara Pemilu Tingkat Kecamatan
Petugas PPK merekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Pemilu 2019 pada tingkat kecamatan di Gelanggang Remaja Kelapa Gading, Jakarta, Senin (22/4). PPK mulai melakukan rekapitulasi surat suara dari seluruh TPS di tiap kelurahan di daerah tersebut. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Harris menambahkan, refleksi jari dibutuhkannya. Lumayan lelah menghitung dan melipat surat suara yang berukuran cukup lebar.

"Butuh refleksi juga. Lumayan capek memang melipat kertas surat suara. Apalagi kalau kita mencatat hitungannya, terutama kertas surat suara caleg. Kandidat nama dan partainya kan banyak. Jadi, harus benar-benar dilihat nomor caleg. Kalau hitung surat suara presiden dan wakil presiden cepat," papar Harris.

Di hari H Pemilu 2018, Harris sudah bertugas dari pukul 07.00 WIB. Sesi pencoblosan dan penghitungan surat suara presiden dan wakil presiden dilakukan selepas Dzuhur. Setelah itu, tim beristirahat sejenak. Selepas Ashar, penghitungan surat suara DPR RI dan DPD dilakukan sampai Magrib.

"Kami mulai lagi hitung surat suara jam 19.00 untuk penghitungan DPRD Provinsi. Sempat mati lampu juga. Akhirnya pakai genset. Tapi penghitungan suara sempat tertunda 30 menit. Lanjut hitung DPRD 2 (kabupaten/kota) sampai jam 22.00. Setelah itu, rekapitulasi hasil dan langsung antar kotak suara ke kelurahan," ungkap Harris.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya