Liputan6.com, Jakarta Orangtua tentu menginginkan anak disiplin dalam kehidupannya tapi tidak sedikit yang salah saat menerapkan ketaatan. Misalnya marah atau teriak ketika anak disiplin. Hal itu malah membuat menimbulkan trauma pada anak seperti disampaikan psikolog Rayi Tanjung Sari.
Anak yang kerap dimarahi atau mendapat teriakan dari orangtua saat tidak disiplin malah rentan membuat hubungan dengan orangtua jadi kurang baik. Berikut tips bagi orangtua yang ingin menerapkan disiplin positif yakni pelaksanaan disiplin tanpa kekerasan atau bentakan bagian dua.
Baca Juga
4. Menetapkan aturan dengan jelas
Advertisement
“Sebaiknya dalam menetapkan suatu aturan, batasan-batasannya harus jelas. Untuk anak-anak yang sudah bisa diajak komunikasi, bisa dibuat kesepakatan,” kata Rayi dalam acara ulang tahun Orami Community di Jakarta ditulis Selasa (29/10/2019).
Konsistensi sangat diperlukan dalam melatih anak disiplin. Misalnya, jika orangtua ingin menerapkan peraturan seperti hanya boleh membeli satu mainan saat berjalan-jalan, maka aturan tersebut harus berlaku secara terus menerus.
Selain itu, informasikan batasan secara jelas pada si Kecil. Batasan bukan berarti sepenuhnya melarang, tetapi memberikan syarat untuk bisa dilakukan.
Misalnya anak dilarang melompat-lompat di atas kasur. Beri tahu bahwa ia boleh melompat-lompat tapi di atas karpet saja. Berikan penjelasan kepadanya bahwa hal itu agar sang buah hati tidak jatuh.
5. Saling menghargai dan berempati
“Seperti kita meletakkan hati kita di sepatu anak. Kita berusaha melihat situasi dari sudut pandang anak,” jelas psikolog anak itu.
Rayi menjelaskan bahwa berempati berarti orangtua berusaha memahami perspektif si Kecil. Seperti saat melihat si Kecil asik bermain air di bak mandi. Daripada memarahinya, orangtua bisa melihat kesenangannya dan memberikan waktu sejenak untuk bermain baru mengajaknya berhenti.
Saksikan juga video menarik berikut:
Alasan Disiplin Positif itu Penting
Dengan menerapkan disiplin positif pada anak, orangtua bisa lebih memahami si Kecil dan membangun komunikasi yang baik. Dengan adanya komunikasi yang baik, anak bisa merasa terhubung dengan orangtua. Sehingga, anak bisa merasa nyaman membicarakan perasaan dan dapat memahami ajaran orangtua dengan baik.
Komunikasi yang baik juga memupuk rasa saling menghargai dan kasih sayang. Dengan adanya empati, maka ada pembahasan ketika mencari solusi saat si Kecil bertingkah kurang baik.
Jika hal ini diterapkan secara konsisten, maka sangat efektif dalam mengajarkan sesuatu pada anak-anak untuk jangka waktu yang lama.
“Jadi anak belajar apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Kemudian dia juga belajar memecahkan masalah,” kata Rayi.
Sementara, bila orangtua memberlakukan bentakan atau hukuman ketika anak tidak disiplin, hal itu malah menimbulkan ketakutan dan ketergantungan anak terhadap orangtua.
Penulis : Selma Vandika
Advertisement