Penyakit Misterius di Tiongkok Picu Kekhawatiran SARS Kembali

Penyakit misterius yang melanda sebuah kota di Tiongkok memicu kekhawatiran kembalinya SARS

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 07 Jan 2020, 10:45 WIB
Diterbitkan 07 Jan 2020, 10:45 WIB
Penyakit SARS (Sumber: iStockphoto)
Penyakit SARS (Sumber: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Sebuah penyakit misterius yang menyerang pernapasan melandai di Wuhan, Tiongkok. Hal ini memicu kekhawatiran akan kembalinya wabah severe acute respiratory syndrome (SARS) atau sindrom pernapasan akut berat.

AFP melaporkan, hingga 3 Januari lalu, sebanyak 44 orang didiagnosis penyakit misterius tersebut. Sementara 11 lain mengalami gejala yang parah.

Kebanyakan dari pasien terinfeksi adalah pemilik kios di sebuah pasar makanan laut di Wuhan. Tempat tersebut telah ditutup oleh otoritas kesehatan hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Para ahli kesehatan setempat menyatakan mereka telah mengesampingkan influenza, flu burung, adenovirus, dan beberapa penyakit pernapasan umum lain dari kasus tersebut.

"Pada titik ini, koronavirus sindrom pernapasan akut berat belum dikonfirmasi atau dikecualikan sebagai penyebab wabah," kata Gauden Galea, perwakilan World Health Organization, seperti dikutip dari Live Science pada Selasa (7/1/2020).

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

Kekhawatiran Penyakit SARS

Penyakit SARS (Sumber: iStockphoto)
Penyakit SARS (Sumber: iStockphoto)

SARS sempat melanda di lebih dari 8 ribu negara pada 2002 hingga 2003. Ada 750 nyawa melayang karena penyakit yang dimulai di Tiongkok ini.

Channel News Asia melaporkan pada saat itu, di Tiongkok 349 orang meninggal sementara di Hong Kong, 299 nyawa melayang. Virus ini menyebar melalui kontak dengan manusia. Seseorang bisa terinfeksi lewat bersin atau batuk, serta mencemari orang dan benda-benda di sekitarnya.

Tahun 2004, WHO menyatakan bahwa Tiongkok sudah bebas SARS. Namun, penyakit misterius yang mewabah beberapa waktu lalu membuat kekhawatiran bahwa SARS muncul kembali.

"Jika itu SARS, kami berpengalaman dalam mengelolanya," kata Emily Chan Ying-yang, profesor medis dari Chinese University of Hong Kong pada South China Morning Post.

"Jika itu (penyakit) baru, maka kita harus memberikan perhatian," tambahnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya