Ogah Dikarantina karena COVID-19, Wanita Rusia Melarikan Diri dari Ruang Isolasi

Seorang wanita di Rusia membobol kunci elektromagnetik ruang isolasi rumah sakit karena ogah dikarantina untuk COVID-19

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 16 Feb 2020, 14:02 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2020, 14:02 WIB
Covid-19 Jadi Nama Penganti Virus Corona
Petugas laboratorium membantu rekannya melepaskan pakaian pelindung di sebuah laboratorium di Shenyang, provinsi Liaoning timur laut China, Rabu (12/2/2020). Per hari ini, Rabu (12/2) tercatat korban meninggal dunia akibat virus corona di China tercatat mencapai 1.110. (STR/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Alla Ilyana mengalami sakit tenggorokan usai kembali ke Rusia dari Tiongkok. Karena takut akan infeksi COVID-19, pemerintah pun mengirimnya ke karantina di Botkinskaya Clinical Infectious Diseases Hospital, Saint Petersburg.

Namun, karena merasa tidak puas dengan karantina yang dilakukan, ibu rumah tangga berusia 32 tahun itu melarikan diri dari rumah sakit. Dia berdalih telah dinyatakan negatif selama tiga kali dalam tes COVID-19.

"Pada tanggal 4 (Februari), saya sakit tenggorokan, tidak ada panas," kata wanita yang meninggalkan Hainan pada 30 Januari lalu, seperti dikutip dari RT pada Minggu (16/2/2020).

"Pada 6 Februari, mereka membawa saya ke rumah sakit menjanjikan itu hanya satu hari. Pada tanggal 7, dokter datang dan mengatakan, 'Selamat, Anda sehat, tes telah mengonfirmasi ini. Namun kami akan menahan Anda di sini selama dua minggu.'"

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

Bobol Kunci Ruang Isolasi

Kisah Pekerja Medis China di Tengah Ancaman Virus Corona
Pekerja medis memakai peralatan pelindung menyusul wabah virus corona di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Minggu (26/1/2020). Hingga saat ini lebih dari 600 orang telah meninggal dunia akibat terjangkit virus corona yang mulai mewabah sejak akhir tahun lalu. (Chinatopix via AP)

Karena tak mau dikarantina selama dua minggu, dia pun segera kabur di hari itu dengan membongkar kotak kunci elektromagnetik. "Tidak mungkin saya duduk di kandang selama 14 hari. Tidak terima kasih."

Alla pun membuat peta dan rencana untuk meloloskan diri. "Ketika malam tiba dan staf medis telah menurunkan penjagaannya, saya memutus kunci magnetik di ruang penahanan dan membuka pintunya. Saya belajar fisika, itu membantu," ujarnya seperti dikutip dari The Moscow Times.

Juru bicara Komite Kesehatan, Olga Ryabinina mengatakan bahwa pasien telah diminta untuk tetap dipantau dan dirawat di rumah sakit selama 14 hari.

"Dia tidak patuh. Jadi sebuah telegram dikirim ke kepolisian untuk meminta mereka menagih pertanggungjawaban," kata Ryabinina.

Terancam Denda dan Konsekuensi Lain

Mengintip Penanganan Pasien Kritis Virus Corona
Petugas medis memeriksa kondisi pasien kritis virus corona atau COVID-19 di Rumah Sakit Jinyintan, Wuhan, Provinsi Hubei, China, Kamis (13/2/2020). China melaporkan 254 kematian baru dan lonjakan kasus virus corona sebanyak 15.152. (Chinatopix Via AP)

Kepala rumah sakit Aleksei Yakovlev meminta agar pihak berwenang melakukan langkah yang lebih jauh. Dia juga telah mengajukan tuntutan terhadap wanita itu.

"Jika dia percaya bisa lolos dengan denda 500 rubel dan tidak ada konsekuensi untuk tindakan itu, dia salah besar," kata Yakovlev.

Walau begitu, Alla juga mengatakan akan menghubungi pihak-pihak terkait dan melaporkan keluhannya mengenai perilaku tenaga kesehatan di rumah sakit tersebut.

Kejadian ini mendapatkan tanggapan dari dokter spesialis menular Vladislav Zhemchugov. Menurutnya, aturan tersebutlah yang menjaga warga dari infeksi.

"Pelariannya mengejutkan. Ini adalah tindakan impulsif yang dipikirkan dengan buruk dan dapat menimbulkan konsekuensi serius," kata Zhemchugov.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya