Perusahaan Farmasi Tiongkok Klaim Plasma Darah Penyintas Efektif Obati Pasien COVID-19

Beberapa peneliti di Tiongkok mengklaim bahwa plasma darah penyintas bisa mengobati pasien COVID-19 yang kritis

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 16 Feb 2020, 13:00 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2020, 13:00 WIB
Plasma Darah
Plasma darah. (iStock)

Liputan6.com, Jakarta Tiongkok terus melakukan berbagai cara untuk melawan infeksi virus corona atau COVID-19. Termasuk mencari obat yang saat ini tengah dikembangkan oleh berbagai ilmuwan dunia lain.

Baru-baru ini, sebuah perusahaan farmasi yang merupakan Badan usaha Milik Negara Tiongkok tengah mengumpulkan plasma darah orang-orang yang sembuh dari COVID-19. Mereka menyatakan, kemungkinan cara itu bisa membantu pasien yang kritis.

Dikutip dari Straits Times pada Minggu (16/2/2020), China National Biotec Group mengklaim bahwa plasma darah mantan pasien memiliki antibodi yang sangat kuat. Sehingga, mereka menggunakannya untuk merawat lebih dari 10 pasien yang sakit sejak 8 Februari.

Pernyataan ini disampaikannya dalam akun resmi WeChat pada Kamis pekan ini. Mereka mengklaim bahwa pasien yang mendapatkan pengobatan tersebut, membaik dalam 24 jam. Selain itu, peradangan dan viral load-nya berkurang dan kadar oksigen dalam darahnya juga menjadi lebih baik.

"Saat ini, mengingat kurangya vaksin dan obat-obatan terapeutik tertentu, penggunaan plasma ini, dengan imunoglobin spesifik, adalah cara yang paling efektif dalam mengobati infeksi virus corona baru dan mengurangi tingkat kematian pasien yang sakit kritis," kata Lu Hongzhou dari Shanghai Public Health Clinical Centre seperti dikutip dari South China Morning Post.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

Perlu Tes Ilmiah Lebih Lanjut

Plasma darah
Ilustrasi plasma darah (iStock)

Selain itu, seorang ahli virologi di Shanghai yang menolak menyebutkan namanya mengatakan bahwa walaupun pengobatannya aman dan efektif, ini dibatasi oleh jumlah pasien yang dapat menyumbangkan darahnya.

"Kita tidak tahu pasti berapa lama tingkat antibodi akan tetap tinggi pada pasien yang pulih. Perawatan tergantung pada berapa banyak pasien pulih mendonorkan darah mereka, yang berarti perawatan ini dapat tersedia untuk sejumlah pasien yang sangat terbatas," kata ahli virus tersebut.

Uji coba ini mendapatkan tanggapan beragam dari para peneliti di belahan dunia lain. Kepada Live Science, Carol Shoshkess Reiss, profesor biologi dan ilmu saraf di New York University, Amerika Serikat mengatakan bahwa dia senang ada uji coba pemberian plasma darah para penyintas COVID-19. Namun, para pakar Tiongkok juga perlu kontrol untuk kemungkinan efek samping dari perawatan.

Selain itu, tidak semua pakar percaya bahwa strategi ini merupakan pengobatan yang masuk akal.

"Saya pikir secara teoritis, perawatan ini adalah ide yang bagus, tetapi tidak ada apa pun tentang virus ini atau infeksi ini, yang membuat saya ingin melewati proses normal yang kita gunakan untuk memastikan bahwa perawatan tersebut aman dan efektif sebelum membuat orang tertular," kata Eric Cioe-Peña dari Northwell Health di New York.

Cioe-Peña menambahkan, proses ilmiah dan uji coba harus tetap dilanjutkan sebelum mengusulkan dan memberlakukan perawatan semacam ini, terutama, karena virus memiliki tingkat kematian yang rendah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya