Kapan Virus Corona Akan Berakhir?

Penyebaran virus corona yang begitu cepat, membuat siapapun khawatir. Namun melihat virus sebelumnya seperti SARS, MERS dan bahkan H1N1 bisa dikendalikan, apakah virus ini akan berakhir juga?

oleh Fitri Syarifah diperbarui 08 Mar 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 08 Mar 2020, 08:00 WIB
Perjuangan Petugas Medis Korea Selatan Perangi Virus Corona
Petugas medis beristirahat saat menunggu pasien virus corona (COVID-19) di luar sebuah rumah sakit di Daegu, Korea Selatan, Minggu (23/2/2020). Korea Selatan mengonfirmasi 293 kasus baru virus corona pada 4 Maret 2020 sore. (YONHAP/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Penyebaran virus corona yang begitu cepat, membuat siapapun khawatir. Namun melihat virus sebelumnya seperti SARS, MERS dan bahkan H1N1 bisa dikendalikan, apakah virus ini akan berakhir juga?

Para ahli ternyata telah mengidentifikasi hal tersebut. Idenya adalah menghitung seberapa besar kemungkinan virus dapat dicegah agar tidak semakin menyebar di seluruh dunia.

Namun skenario itu berubah setelah dua atau tiga minggu lalu. Ahli epidemiologi di Kent State University, Tara Smith mengatakan, ada bukti yang menunjukkan bahwa orang yang terinfeksi Covid-19 ini tidak menunjukkan gejala parah seperti sebelumnya. Begitupun dengan tes diagnostik di Amerika Serikat dan negara lain yang tidak bisa mendeteksi asal mula virus.

Saat ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan ada lebih dari 100.000 kasus di seluruh dunia dan lebih dari 3.000 kematian. Mungkin ada banyak lagi yang tidak terdeteksi dan tidak dikonfirmasi.

Meskipun jumlah kesembuhan semakin meningkat, namun kemungkinan bahwa Covid-19 terus menyebar tak bisa dipungkiri. Ahli epidemiologi di Yale School of Public Health Nathan Grubaugh bahkan menyatakan, virus corona terus menyebar dengan kecepatan tinggi dan menginfeksi manusia layaknya flu biasa.

"Tanpa vaksin yang efektif, saya tidak tahu bagaimana ini akan berakhir," kata Nathan, seperti dilansir Vox.

Yang pasti, ada banyak yang tidak pasti tentang virus ini. Seperti misalnya, sedikit kemungkinan infeksi terjadi pada anak-anak. Dan para ahli di Amerika menyadari akan lambannya uji diagnostik.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan bahwa ada 99 kasus Covid-19 di AS, dengan 49 kasus sedang diselidiki. (The New York Times melaporkan 227 kasus, termasuk mereka yang terinfeksi di luar negeri.

Angela Rasmussen, seorang ahli virologi Columbia mengatakan, kasus ini bisa lebih tinggi karena CDC cenderung lamban uji diaganostik Covid-19 ke laboratorium.

 

40-70 persen orang di seluruh dunia akan tertular virus

Cegah Virus Corona, Mall Ini Lakukan Disinfeksi
Petugas keamanan mengecek suhu pengunjung di Lippo Malls Puri, Jakarta, Jumat (06/3/2020). Mall ini juga mengeluarkan pedoman penanggulangan penyebaran virus corona yang mengatur mekanisme pemantauan dan penanganan virus corona. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Seorang ahli epidemiologi Harvard, Marc Lipsitch memperkirakan sekitar 40 hingga 70 persen dari semua orang dewasa akan tertular virus dalam setahun. Sejak ramai corona, Lipsitch merevisi perkiraan itu.

"Bahwa 20 hingga 60 persen orang dewasa akan terserang penyakit ini (Covid-19)," ujarnya.

Dalam sebuah email, Lipsitch mengatakan, sebagian besar populasi manusia berisiko terkena virus sehingga perlu vaksin untuk mengatasinya. 

"Jika kita bisa memperlambat infeksi virus dalam 10-11 bulan, itu akan membuat perubahan besar pada jumlah korban, termasuk yang dirawat di rumah sakit," ujar Smith.

Selain itu, tindakan untuk memperlambat kasus adalah memberi waktu bagi para ilmuwan untuk mengerjakan vaksin dan obat yang valid. Sebab menyontoh dari China, kasus virus corona menurun drastis sejak pemerintah setempat dengan sigap mengendalikan virus.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya