Cerita Marco Pavesi, Ahli Anastesi Hadapi Covid-19 di Italia

Marco Pavesi, seorang dokter anastesi di Policlinico San Donato, Milan, yang merupakan bagian dari Lombardy, pusat penanganan wabah virus corona, menceritakan kisahnya.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 20 Mar 2020, 07:00 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2020, 07:00 WIB
Italia Tutup Seluruh Wilayahnya Akibat Virus Corona
Seorang wanita berjalan di Lapangan Santo Markus, Venesia, Italia, Senin (9/3/2020). Hingga saat ini, sebanyak 9.172 pasien di Italia dinyatakan positif virus corona (COVID-19). (Anteo Marinoni/LaPresse via AP)

Liputan6.com, Jakarta Baru kali ini Italia didera bencana wabah virus corona (COVID-19) sedemikian parahnya. Sebagian besar warganya sudah terbiasa menganggap bahwa bencana itu takhayul, yang hanya bisa terjadi di luar negaranya. Maka dari itu, mereka kurang siap menghadapi ini.

Marco Pavesi, seorang dokter anastesi di Policlinico San Donato, Milan, yang merupakan bagian dari Lombardy, pusat penanganan wabah virus corona, menceritakan kisahnya.

Pada 21 Februari, saat virus pertama kali muncul, di rumah sakit tersebut yang berspesialisasi bedah jantung, menawarkan bantuan merawat pasien Covid-19. Bekerja sama dengan rumah sakit lainnya, mereka membentuk semacam gugus tugas dari dokter ICU untuk dikirim ke rumah sakit "zona merah", mengutip dari NYTimes.

Pavesi yang merupakah ahli anastesi yang belum pernah berurusan langsung dengan pasien virus corona, karena sebagian besar waktunya ia habiskan di meja operasi. Namun suatu hari di pertengahan Februari, ia harus menganastesi seorang pria lansia untuk pengangkatan tumor. Operasi berjalan sebagaimana mestinya, dan setelah 4 jam ia terbangun tanpa rasa sakit.

"Namun, seminggu kemudian, gejala seperti demam tinggi dan batuk mulai terlihat. Tak lama menjadi pneumonia. Saat ini, ia dalam perawatan intensif, diintubasi (alat pernapasan bantuan), dan dalam kondisi kritis. Dia pun menjadi nomor tanpa nama, salah satu yang mewakili situasi buruk saat ini," katanya.

Dalam situasi darurat kesehatan saat ini, terpaksa semua jadwal operasi ditunda. Ranjang di ruang ICU di rumah sakit-rumah sakit penanganan Covid-19 diberikan untuk merawat pasien terinfeksi. Dalam 24 jam, rumah sakit membentuk ICU baru menggunakan ruang operasi dan ruang anastesi. Dan sebanyak 40 lebih ranjang didedikasikan untuk pasien suspect atau posistif Covid-19, meskipun kondisinya tidak parah.

.

Simak Video Berikut Ini:

Pasien membludak

Italia Darurat Corona, Para Suporter Kenakan Masker di Laga Napoli vs Barcelona
Seorang anak mengenakan masker menunggu dimulainya pertandingan antara Napoli dan Barcelona di Stadion San Paolo di Naples, Italia, Selasa, (25/2/2020). Sedikitnya tujuh pasien virus corona di Italia dilaporkan meninggal dunia. (AFP Photo/Filippo Monteforte)

Jumlah pasien semakin membludak. Terhitung hari Selasa (17 maret), sudah ada 31.506 kasus, 2.941 sembuh, dan 2.503 meninggal.

Lombardy, daerah terdampak paling banyak memiliki 16.220 kasus dengan 1.640 kematian, 879 di rawat intensif, bertambah 56 dari hari sebelumnya, dan 2.485 dinyatakan sembuh. Dengan jumlah ini, sistem kesehatan negara bisa sewaktu-waktu lumpuh.

Pasien yang datang akan dirawat berhari-hari. Selain Italia Utara, Lombardy, Veneto, Emilia-Romagna dan Marche, sistem kesehatannya dalam tekanan besar. Para petugas kesehatan kelelahan. Dengan penyebaran virus yang cepat, tidak lama lagi daerah lain akan merasakan hal yang sama.

Untunglah, Lombardy dan pemerintah negara mengadopsi tindakan penahanan agresif 10 hari yang lalu. Pada akhir minggu ini, setelah 15 hari, masa inkubasi infeksi, kita akan melihat apakah tindakan tersebut telah efektif. Hanya dengan demikian barulah kita bisa melihat penyebaran virus yang melambat.

Tentu tidak akan dengan cepat mereda. "Ada spekulasi bahwa dokter mungkin terpaksa memutuskan siapa yang akan diobati, sehingga meninggalkan beberapa tanpa perawatan. Namun tidak semua dokter seperti itu," ujar Pavesi.

Jika jumlah pasien yang terinfeksi tidak segera berkurang maka tenaga kesehatan juga tidak akan cukup untuk menjangkau semua pasien. Jika ini terjadi maka terpaksa tenaga kesehatan melakukan triase pasien, yaitu memberikan prioritas kepada mereka yang berpeluang lebih besar untuk bertahan hidup.

Semua tenaga kesehatan menunjukkan semangat pengorbanan yang luar biasa. Karena tahu sangat dibutuhkan saat ini, mereka sampai menahan kelelahan dan stres. Beberapa bahkan sampai tertular virus hingga memerlukan perawatan intensif.

Mungkin, jika respons populasi tetap tenang, tidak ada 'panic buying', dan mentaati peraturan 'social distance' yang diberlakukan pemerintah, serta dengan pengalaman yang diperoleh dalam menangani pasien infeksi baru, tindakan pencegahan akan berhasil dan akan ada kabar baik segera. Hanya jika semua bekerja sama dalam satu komando, pemerintah, dalam melawan penyebaran Covid-19.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya