Liputan6.com, Jakarta Dalam sebuah tulisan, dokter spesialis pulmonologi Menaldi Rasmin mengungkapkan, hari-harinya menangani pasien positif Corona COVID-19 di ruang isolasi dan Intensive Care Unit (ICU). Bahwa COVID-19, penularannya cepat dan luas.
Ketika pasien positif jatuh ke gawat napas, kemudian gagal napas, kondisi pun dapat memburuk. Butuh ventilator untuk pasien gagal napas yang akan terus digunakan, sulit untuk dilepas.
Advertisement
Lantas berapa lama jangka waktu pasien positif Corona COVID-19 bisa berujung pada kondisi gagal napas?
"Itu sangat individual sekali. Setiap orang mempunyai kondisi yang berbeda-beda. Ada yang gawat sedikit kondisinya, tapi akhirnya membaik," jelas Menaldi saat berbincang dengan Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, ditulis Selasa (14/4/2020).
"Ada juga yang enggak kelihatan gawat, tapi (mendadak) jatuh ke gagal napas. Tentunya, kalau ditanya berapa lama orang yang positif Corona COVID-19 jatuh ke gagal napas? Jawabannya, variatif sekali. Tidak bisa dipukul rata sama."
Penyakit Penyerta Lebih Berisiko
Bagi pasien positif COVID-19 yang mempunyai penyakit penyerta atau yang disebut komorbid, akan lebih berisiko jatuh ke gagal napas. Sebut saja diabetes, hipertensi, jantung, dan penyakit paru kronis.
Apalagi untuk pasien lanjut usia (lansia) dengan usia di atas 60 tahun, yang punya komorbid, kondisi bisa memburuk dengan cepat.
"Kalau punya penyakit penyerta lebih berisiko (menuju gagal napas). Daya tahan tubuh kan setengah-setengah dan rendah. Sudah terpakai untuk membendung penyakit komorbidnya," tambah Menaldi, yang berpraktik di RS Persahabatan Jakarta.
"Nah, sekarang udah diserbu sama penyakit barunya (COVID-19). Bisa kita bayangkan, kekalahan (daya tahan tubuh) cepat dan berat kondisinya."
Namun, bisa saja pasien positif COVID-19 yang punya komorbid pulih kembali. Tergantung daya tahan tubuh. Walaupun seluruh dunia, baik Tiongkok, Amerika, Jerman, dan Inggris menyatakan, pasien yang ada komorbid jauh lebih berat kondisinya untuk pulih.
Advertisement