Awas Bahaya Megadosis Suplemen Vitamin D untuk Lawan Corona COVID-19

Tidak perlu banyak-banyak mengonsumsi vitamin D selama pandemi COVID-19

oleh Melly Febrida diperbarui 02 Jun 2020, 06:00 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2020, 06:00 WIB
Minum obat (iStock)
Mengonsumsi vitamin B bisa membantu redakan sakit kepala. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa orang mungkin sudah mengonsumsi banyak suplemen demi meningkatkan kekebalan tubuhnya untuk menghadapi pandemi Corona, salah satunya suplemen vitamin D.

Namun, jangan sampai berlebihan mengonsumsinya karena bisa membahayakan. Begitulah peringatan dari para dokter dalam sebuah makalah di British Medical Journal.

Selama ini yang kita tahu vitamin D membantu memperkuat tulang. Dan, sehubungan dengan merebaknya wabah Virus Corona, ada beberapa percobaan yang memelajari efektivitas vitamin D pada pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit, seperti yang ada di Spanyol.

Sampai saat ini, belum ada studi klinis yang menunjukkan efektivitas vitamin D atau suplemen atau vitamin lain untuk mengobati pasien yang terjangkit Virus Corona.

“Meskipun vitamin D penting untuk kesehatan, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa asupan vitamin D yang sangat tinggi (yaitu suplemen mega) akan bermanfaat dalam mencegah atau mengobati COVID-19," kata dokter dari Inggris, Amerika Serikat, dan Irlandia dalam makalah berjudul Vitamin D and SARS-CoV-2 virus/ COVID-19 disease.

 

Simak Video Menarik Berikut Ini

Risiko Kesehatan

Namun, para dokter ini menegaskan bahwa ada risiko kesehatan yang terbukti akibat asupan vitamin D yang berlebihan, terutama bagi mereka yang memiliki masalah kesehatan lain seperti penurunan fungsi ginjal.

“Sama seperti yang lainnya, mengonsumsi terlalu banyak sesuatu bukanlah hal yang baik. Vitamin D memiliki banyak manfaat tetapi terlalu banyak mengonsumsi vitamin D juga dapat menyebabkan masalah,” kata Dr. John Whyte seperti dilansir Fox News pada Selasa, 2 Juni 2020.

Masalah kesehatan apa saja yang bisa muncul? John menjelaskan bahwa terlalu banyak vitamin D dapat menyebabkan terlalu banyak kalsium, yang dapat menyebabkan batu ginjal.

“Lebih sering, orang mengalami ketidaknyamanan perut atau mual ketika kalsium terlalu tinggi. Anda mungkin juga merasa sangat haus,” ujarnya.

 

Sembelit

John menceritakan selama bertahun-tahun melihat beberapa pasien mengalami sembelit karena terlalu banyak mengonsumsi vitamin D setiap hari. Ini juga bisa membuat Anda lebih lelah dan menyebabkan nyeri otot dan tulang. Nyeri tulang bisa memprihatinkan karena vitamin D berperan penting dalam kesehatan tulang.

Terlalu banyak vitamin D, kata dia, juga dapat menyebabkan keropos tulang dan itu mungkin membuat Anda lebih mungkin untuk mengalami patah tulang.

"Jadi saya tidak merekomendasikan orang mengambil megadosis. Moderasi selalu merupakan hal yang baik,” dia melanjutkan.

 

Risiko Badai Sitokinin

Para peneliti yang menganalisis data dari rumah sakit dan klinik di seluruh Tiongkok, Prancis, Jerman, Italia, Iran, Korea Selatan, Spanyol, Swiss, Inggris, dan Amerika Serikat, menemukan bahwa pasien dari negara-negara dengan tingkat kematian COVID-19 yang tinggi---seperti Italia, Spanyol dan Inggris---memiliki tingkat vitamin D yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien di negara-negara yang tidak terkena dampak parah.

Para peneliti juga menemukan korelasi kuat antara kadar vitamin D dan badai sitokin, yang merupakan kondisi hiperinflamasi yang disebabkan sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif.

"Badai sitokin dapat sangat merusak paru-paru dan menyebabkan sindrom gangguan pernapasan akut dan kematian pada pasien," kata Ali Daneshkhah, rekan penelitian pascadoktoral di McCormick School of Engineering Northwestern, mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Menurut Daneshkhah, tampaknya inilah yang mengakhiri kehidupan sebagian besar pasien COVID-19, bukan kerusakan paru-paru oleh virus itu sendiri. “Ini adalah komplikasi yang salah arah dari sistem kekebalan tubuh,” katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya