Survei Lapor COVID-19: Warga DKI Jakarta Kurang Siap Memasuki New Normal

Hasil survei Lapor COVID-19 menunjukkan, warga DKI Jakarta kurang siap memasuki New Normal.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 05 Jun 2020, 07:00 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2020, 07:00 WIB
Sepi Sunyi Selimuti Kawasan Kota Tua
Pengendara motor melintas di kawasan wisata Kota Tua yang sepi dari aktivitas di Jakarta, Selasa (26/5/2020). Adanya program PSBB menyebabkan kawasan yang biasanya selalu ramai saat libur tersebut menjadi sepi dari pengunjung di hari kedua pascalebaran. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta Warga DKI Jakarta rupanya masih kurang siap memasuki era New Normal. Temuan tersebut dari survei Lapor Covid19.org berkolaborasi dengan Social Resilience Lab Nanyang Technological University (NTU), Singapura yang disuarakan hari ini, Kamis (4/6/2020).

Sosiolog Bencana sekaligus Associate Professor Nanyang Technological University (NTU) Sulfikar Amir mengatakan, survei sosial untuk mengukur tingkat kesiapan warga DKI Jakarta dalam menghadapi era New Normal.

Survei ini mengukur tingkat persepsi risiko dan perilaku warga Jakarta yang mencakup enam variabel: persepsi risiko, pengetahuan, informasi, perlindungan diri, modal sosial, dan ekonomi.

"Melihat urgensi dari rencana pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar, kami melakukan analisis awal dari data yang masuk. Untuk sementara hasilnya, secara keseluruhan dari aspek sosial ini. Bahwa warga DKI kurang siap memasuki New Normal setidaknya sampai tingkat persepsi risiko cukup tinggi, sehingga perilaku keselamatan menjadi lebih baik," papar Sulfikar melalui keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com, Kamis (4/6/2020).

Dari data skor Risk Perception Index (RP) atau kesiapan menuju New Normal, survei menggunakan skor berupa angka 1 sampai 5. Rinciannya, angka 1 menyatakan, bahaya, angka 2 tidak siap, angka 3 kurang siap, angka 4 agak siap, dan angka 5 siap. Hasil menunjukkan, skor berada di angka 3,46, yang masih masuk kategori kurang siap.

 

Butuh Informasi yang Cepat dan Akurat

FOTO: Kota Tua Bersiap Menyambut New Normal di Jakarta
Petugas memeriksa suhu tubuh pengunjung kompleks wisata Kota Tua, Jakarta, Selasa (2/6/2020). Jelang berakhirnya PSBB di Jakarta, pengelola Kota Tua menyiapkan protokol kesehatan new normal bagi pengunjung. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Hasil survei juga menunjukkan, responden masih membutuhkan informasi yang pasti, tepat, dan lebih akurat tentang pandemi yang berasal dari sumber informasi yang dipercaya publik meski tingkat pengetahuan mereka mengenai COVID-19 menunjukkan cukup baik.

"Para responden memiliki kecenderungan yang cukup kuat untuk melindungi diri. Hasil lainnya, kondisi sosial dan ekonomi yang cukup memprihatinkan memengaruhi rendahnya persepsi risiko secara umum," lanjut Sulfikar.

Berdasarkan temuan di atas, Sulfikar dan tim menyimpulkan, meskipun telah merasa cukup memiliki informasi, pengetahuan, wawasan, modal sosial, serta kecenderungan kuat untuk berhati-hati agar tidak terpapar virus Corona, kondisi warga DKI secara umum kurang siap untuk memasuki New Normal.

”Artinya, penerapan New Normal akan memiliki konsekuensi serius dalam peningkatan jumlah penularan COVID-19. Oleh karena itu, kebijakan pemberlakuan tatanan kehidupan baru New Normal belum saatnya diberlakukan bagi warga DKI Jakarta.

Pendataan Survei

[Fimela] smartphone
Survei online dilakukan dengan menggunakan Qualtrics yang disebar melalui aplikasi pesan instan (WhatsApp) kepada warga DKI Jakarta.| unsplash.com/@paul_

Survei Lapor Covid19.org berkolaborasi dengan Social Resilience Lab Nanyang Technological University (NTU), Singapura menerapkan metode Quota Sampling dengan variabel penduduk per kelurahan. Survei online dilakukan dengan menggunakan Qualtrics yang disebar melalui aplikasi pesan instan (WhatsApp) kepada warga DKI Jakarta.

Penyebaran survei dilakukan melalui jaringan Palang Merah Indonesia (PMI), Biro Tata Pemerintahan DKI Jakarta, dan beberapa kontak kecamatan di DKI Jakarta. Selain itu, survei juga disebarkan secara acak melalui berbagai kontak jaringan komunitas di DKI Jakarta. 

Survei dilaksanakan sejak Jumat 29 Mei hingga 2 Juni 2020 dan berhasil mengumpulkan responden valid sebanyak 3.160 orang. Analisis dilakukan dengan menggunakan formula Spearman rho.

Dari aspek pendidikan, sebagian besar responden adalah lulusan SMA (40,08 persen) dan Sarjana (41,86 persen). Sementara itu, jenis pekerjaan cukup merata di sektor informal dan formal. Proporsi paling besar adalah sebagai mahasiswa (31,89 persen), diikuti bidang swasta (27,46 persen).

Dari sisi risiko Kesehatan terhadap infeksi COVID-19-19, responden dengan penyakit komorbid tersebar di lima jenis penyakit, yaitu jantung, diabetes, hieprtensi, TBC, dan masalah paru-paru lainnya. Proporsi responden dengan penyakit bawaan jauh lebih rendah dibandingkan responden tanpa penyakit bawaan.

Pengukuran dalam survei ini menggunakan konsep Risk Perception Index (RPI) yang terdiri atas 6 variabel antara lain, Risk Perception, Knowledge, Information, Self Protection, Social Capital, dan Economy. Saat ini, survei masih berlangsung untuk mendapatkan data yang cukup untuk melakukan pengukuran korelasi antara tingkat persepsi dan tingkat transmisi di setiap kelurahan di DKI Jakarta.

 

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya