Berita Bunuh Diri yang Sesuai Aturan Dapat Interaksi Lebih Banyak di Facebook Ketimbang yang Sensasional

Penelitian menemukan bahwa berita bunuh diri yang ditulis sesuai aturan memiliki lebih banyak interaksi di Facebook ketimbang berita bunuh diri yang sensasional.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 09 Okt 2020, 18:00 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2020, 18:00 WIB
sosial media
ilustrasi media sosial facebook/Photo by Kaboompics .com from Pexels

Liputan6.com, Jakarta Penelitian menemukan bahwa berita bunuh diri yang ditulis sesuai aturan memiliki lebih banyak interaksi di Facebook ketimbang berita bunuh diri yang sensasional.

Berita bunuh diri yang ditulis sesuai aturan adalah berita yang menyertakan informasi mengenai layanan hotline bunuh diri, menampilkan pilihan penanganan, menjelaskan bagaimana orang bisa membantu, dan menyertakan kisah seseorang yang berhasil mengatasi niat bunuh diri.

Ilmuwan Komputer dari Facebook Moira Burke mengatakan, setiap panduan penulisan berita bunuh diri yang diikuti berpeluang mendapat kenaikan jumlah reshare sebanyak 19 persen.

“Artikel dengan isi yang sesuai panduan ternyata dibagikan kembali 470 persen lebih banyak,” kata Moira dalam webinar Facebook, Kamis (8/10/2020).

Ia menyimpulkan, saat artikel berita kasus bunuh diri menggunakan bahasa yang lebih aman, artikel tersebut bisa mengurangi kemungkinan penularan perilaku bunuh diri sekaligus meningkatkan interaksi di Facebook.

Simak Video Berikut Ini:

Elemen Bahaya Lebih Banyak dari Elemen Pencegahan

Menurut penelitian, berita bunuh diri yang tersebar di Facebook kebanyakan mengandung elemen berbahaya ketimbang elemen pencegahan.

Moira menyebutkan elemen berbahaya dalam berita bunuh diri dapat memicu orang lain untuk melakukan praktik bunuh diri juga. Beberapa elemen bahaya tersebut adalah penyebutan nama pelaku bunuh diri 60 persen, penggunaan kata “bunuh diri” di headline 59 persen, penyebutan tempat kejadian dengan spesifik 55 persen.

Selain itu, metode bunuh diri yang digambarkan jelas 50 persen, nama sekolah 49 persen, waktu kematian 40 persen, menyederhanakan alasan bunuh diri 24 persen, bunuh diri disebut sebagai sesuatu yang tidak bisa dijelaskan 15 persen, foto dan video lokasi 14 persen, terminologi yang tidak direkomendasikan 13 persen.

Penyebutan metode di headline 8 persen, foto suasana duka 7 persen, kutipan terkait penyebab 6 persen, catatan bunuh diri 6 persen, bunuh diri figure publik 5 persen, bahasa sensasional 3 persen, dan foto metode 2 persen.  

Sedang, elemen pencegahan yang ditemukan adalah data statistik dari sumber resmi 39 persen, pilihan penanganan 20 persen, nomor telepon untuk minta bantuan 16 persen, kutipan ahli 14 persen, penyediaan layanan pertolongan lokal 12 persen.

Pernyataan tentang bagaimana orang lain bisa membantu 9 persen, menceritakan orang lain yang berhasil mengatasi keinginan bunuh diri 7 persen, menyediakan tanda peringatan 6 persen, dan penyedia layanan teks terkait 5 persen.

Kontak Bantuan

Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.

Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku

Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.

Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.

Infografis Bunuh Diri

Fenomena Bunuh Diri di Gunungkidul
Infografis mengenai angka bunuh diri di Gunungkidul
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya