Pengembangan Antibiotik Baru Kurang Diminati, Apa Tantangannya?

Penggunaan antibiotik di dunia yang kurang bijak, juga berpengaruh pada cepatnya bakteri berevolusi. Hal ini membuat industri menjadi pikir-pikir untuk mengembangkan antibiotik

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 27 Nov 2020, 10:00 WIB
Diterbitkan 27 Nov 2020, 10:00 WIB
Ilustrasi antibiotik
Ilustrasi antibiotik. Kredit: Arek Socha via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta Resistensi antimikroba menjadi salah satu ancaman kesehatan dunia. Meski begitu, pengembangan obat antibiotik baru dinilai lambat.

Benyamin Sihombing, perwakilan WHO Indonesia dalam temu media daring beberapa waktu lalu mengatakan, hal ini menjadi tantangan bagi dunia dalam melawan resistensi antimikroba.

"Penyebabnya karena perusahaan obat semakin tidak tertarik untuk melakukan riset menemukan antibiotik jenis baru, karena bakteri semakin hari semakin cepat bermutasi, menjadi resisten."

Benyamin mengatakan, cepatnya mutasi bakteri dapat membuat pengobatan menjadi sia-sia. Hal ini membuat antibiotik dinilai kurang menguntungkan bagi industri.

Menjawab pertanyaan Health Liputan6.com, Benyamin mengatakan bahwa pengembangan antibiotik hampir sama dengan produk medis lainnya seperti obat dan vaksin.

"Rata-rata pengembangan produk medis seperti obat dan vaksin, dapat memakan waktu sekitar 5 hingga 10 tahun, bisa lebih cepat atau lebih lama," ujarnya, ditulis Selasa (24/11/2020).

 

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

Penggunaan Antibiotik yang Kurang Bijak

Amoxylin
Ilustrasi pil antibiotik jenis amoxylin. (Sumber Pixabay)

Benyamin mengungkapkan, penemuan bahan aktif suatu obat seperti antibiotik, umumnya bisa dilakukan dengan mudah dan cepat.

"Tetapi untuk membuatnya atau mengujinya kepada manusia, supaya bisa ditolerir bahan aktif di dalam tubuh tanpa menimbulkan toksisitas, itu yang panjang," ujarnya.

Seperti yang dilakukan pada pengembangan vaksin, antibiotik juga membutuhkan berbagai proses seperti uji pra-klinis pada hewan, serta tiga tahap uji klinis pada manusia.

Yang membuatnya lebih sulit ditemukan adalah karena penggunaan antibiotik secara global yang kurang bijak. "Sehingga kecepatan kuman untuk berevolusi, bermutasi, kemudian terjadi resistansi semakin cepat."

Dia mencontohkan, antibiotik yang sudah dibuktikan dalam penelitiannya aman dan bermanfaat dalam satu waktu, saat diproduksi di tahun berikutnya, bisa saja bakteri yang menjadi target obat tersebut sudah kebal.

"Jadi coba bayangkan, perusahaan obat tentunya akan rugi besar kalau dia baru produksi, penelitiannya sudah panjang sampai 10 tahun, tapi setahun kemudian obatnya sudah resistan ditemukan di satu wilayah."

"Sehingga untuk hal-hal seperti ini memang butuh dorongan dari pemerintah, pendonor, akademisi, bagaimana supaya masyarakat memang diajarkan supaya menggunakan antibiotik secara bijak, demikian juga profesional kesehatan, kemudian sektor-sektor kesehatan yang lain juga."

Infografis Yuk Kenali Perbedaan Vaksin, Vaksinasi dan Imunisasi Cegah Covid-19

Infografis Yuk Kenali Perbedaan Vaksin, Vaksinasi dan Imunisasi Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Yuk Kenali Perbedaan Vaksin, Vaksinasi dan Imunisasi Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya