Liputan6.com, Jakarta - Angka positif COVID-19 tembus 1 juta. Namun, bagi Kawal COVID-19 ini bukanlah hal baru.
Menurut Co-Founder Kawal COVID-19 Elina Ciptadi, angka kasus COVID-19 yang tembus 1 juta sudah terjadi sejak beberapa hari lalu.
Baca Juga
“Sebetulnya dari data Web Corona yang dikumpulkan dari tiap provinsi, kita sudah lewat dari 1 juta itu sejak beberapa hari yang lalu. Per dua hari yang lalu saja sebetulnya kasusnya sudah sekitar 1.043.000, ujar Elina kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, Selasa (26/1/2021).
Advertisement
Hal ini menunjukkan adanya selisih antara data per provinsi dengan data pusat. Di sisi lain, jumlah kasus harian didapatkan dari jumlah tes yang sama.
“Jadi tes yang kita lakukan sebenarnya hanya segitu-segitu saja antara 30 hingga 40 ribu orang, tetapi jumlah kasus hariannya menjadi lebih banyak, positivity rate-nya lebih tinggi.”
Ini berarti penularan COVID-19 di masyarakat menjadi lebih cepat dan masih ada kasus yang belum terdeteksi. Jumlah tes yang sedikit dan jumlah kasus yang menjadi lebih banyak membuat upaya tracing menjadi lebih sulit, katanya.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Berikut Ini:
Penyebab Lainnya
Selain tes yang sedikit dan penularan menjadi lebih cepat, penyebab lain tingginya kasus positif COVID-19 adalah protokol Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang hanya mengetes orang bergejala. Namun, orang tanpa gejala (OTG) harus menjalani tes mandiri.
“Tapi tidak semua orang mau tes mandiri, akhirnya mereka tidak tahu dan tetap beraktivitas dan akhirnya menulari orang-orang yang mereka temui.”
Kasus-kasus OTG masih banyak yang belum terdeteksi karena pedoman dari Kemenkes pada Juli lalu mengatakan bahwa yang dites adalah kontak erat yang bergejala atau suspek yang bergejala.
“Jadi sebenarnya PR testing kita saja belum selesai sejak Maret tahun lalu.”
Ia menambahkan, di Indonesia sendiri, kasus COVID-19 belum ada tanda-tanda melandai, apalagi menurun.
“Indonesia adalah satu dari sedikit sekali negara yang hampir satu tahun menangani pandemi dan kurva gelombang pertamanya ini masih naik terus,” tutupnya.
Advertisement