Positivity Rate Indonesia Tinggi, Satgas COVID-19: Data Belum Seluruhnya Masuk

Positivity rate COVID-19 Indonesia tinggi, Satgas COVID-19 ungkap data belum seluruhnya masuk.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 16 Feb 2021, 15:58 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2021, 15:56 WIB
FOTO: Mural Bertema Pandemi COVID-19 Hiasi Tembok di Sunter
Pengendara sepeda motor melintas di depan mural bertema pandemi virus corona COVID-19 di kawasan Sunter, Jakarta, Selasa (2/6/2020). Mural tersebut dibuat sebagai wujud dukungan terhadap tenaga medis serta masyarakat agar tetap semangat menghadapi pandemi COVID-19. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta Dalam Rapat Koordinasi Satuan Tugas Penanganan COVID-19 baru-baru ini, positivity rate Indonesia terbilang cukup tinggi. Hingga per 13 Februari 2021, positivity rate nasional mencapai 35,53 persen dengan rata-rata 26,87 persen.

Positivity rate adalah perbandingan jumlah kasus konfirmasi positif COVID-19 dengan jumlah tes yang dilakukan. Mengenai angka positivity rate tinggitim Satgas COVID-19 menyebut salah satu penyebab karena data belum seluruhnya masuk.

"Angka positivity rate masih terlihat cukup tinggi. Beberapa hal dikarenakan penginputan data yang belum seluruhnya masuk sistem pencatatan pemerintah pusat," ungkap Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas COVID-19 Dewi Nur Aisyah, ditulis Selasa (16/2/2021).

"Kita kejar agar angka positivity rate lebih menggambarkan kondisi kenyataan di lapangan."

Terkait jumlah orang yang diperiksa (tes COVID-19) sebagaimana standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), selama 5 pekan terakhir, Indonesia sudah mencapai 100 persen. Namun, angka ini belum selesai ini karena penghitungan baru 6 hari.

"Sepertinya kalau kita lihat sepertinya pada pekan kedua Februari 2021, terjadi penurunan dari jumlah orang yang diperiksa, sehingga standar WHO mungkin akan berkurang tidak mencapai 100 persen. Tapi ingat, datanya per tanggal 13 Februari, kita masih harus menganalisis mingguan sampai dengan (minggu) besok," lanjut Dewi.

 

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Menarik Berikut Ini:

Jumlah Orang yang Diperiksa dan Spesimen COVID-19 Menurun

Warga DKI yang Tolak Tes Covid-19 Didenda Rp5 Juta
Warga mengikuti tes usap (swab test) COVID-19 di GSI Lab (Genomik Solidaritas Indonesia Laboratorium), Cilandak, Senin (19/10/2020). Pemprov DKI dan DPRD DKI Jakarta berencana mengatur sanksi denda Rp 5juta bagi warga yang menolak rapid test maupun swab test atau tes PCR (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Data jumlah orang yang diperiksa, kata Dewi mengalami penurunan pada Februari 2021. Rata-rata Januari diangkat kisaran 40.000 orang diperiksa per hari, sedangkan Februari menurun diangkat 37.955 orang per hari.

"Jumlah spesimen diperiksa juga menurun. Kalau kita lihat memang pada bulan Februari terjadi sedikit penurunan. Dari rata-rata harian 60.769 spesimen pada Januari, saat ini sedikit turun di angka 60.525 spesimen," ujarnya.

Di sisi lain, kabar baik datang dari kasus aktif COVID-19 nasional yang menurun 15.000 kasus dalam sepekan. Dari 176.000 kasus aktif menjadi 161.000 kasus pada 13 Februari 2021.

"Dibanding pekan lalu, sekarang menurunnya 15.000 kasus aktif. Ini salah satu capaian baik. Harapannya, dapat terus ditekan sehingga melandaikan kurva. Dengan adanya kasus aktif yang mulai berhasil ditekan, kesembuhan kembali naik. Dan ini tetap harus kita pertahankan agar terus terjadi peningkatan sembuh," imbuh Dewi.

Persentase kesembuhan pada 13 Februari 83,92 persen dengan rata-rata 82,37 persen. Angka tersebut naik dibanding akhir Januari 2021, yaitu 82,84 persen dengan rata-rata kesembuhan bulanan 81,68 persen.

Infografis Cara Klaster Kerumunan Sukarela Tes Covid-19

Infografis Cara Klaster Kerumunan Sukarela Tes Covid-19
Infografis Cara Klaster Kerumunan Sukarela Tes Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya