Studi: Lansia Lebih Rentan Kembali Terinfeksi COVID-19

Sebuah studi yang baru-baru ini dipublikasikan di The Lancet menyebutkan bahwa lansia lebih rentan untuk kembali terinfeksi COVID-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Mar 2021, 15:00 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2021, 15:00 WIB
Ilustrasi corona covid-19 (Foto: Pixabay/fernando zhiminaicela))
Ilustrasi corona covid-19 (Foto: Pixabay/fernando zhiminaicela)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi yang baru-baru ini dipublikasikan di The Lancet menyebutkan bahwa lansia lebih rentan untuk kembali terinfeksi COVID-19. Di sisi lain kebanyakan orang yang pernah terinfeksi akan terlindungi dari tertular lagi setidaknya selama enam bulan.

Dilansir dari Indian Express, pada 2020, sebagai bagian dari strategi tes PCR secara masif dan gratis di Denmark, sekitar 4 juta orang atau setara dengan 69 persen dari populasi menjalani pengujian COVID-19. Dengan menggunakan data uji PCR nasional dari tahun 2020 ini, para peneliti menyimpulkan hanya sebagian kecil orang (0,65 persen) yang mendapatkan hasil tes PCR positif untuk kedua kalinya.

Infeksi COVID-19 sebelumnya telah memberi mereka yang berusia di bawah 65 tahun sekitar 80 persen perlindungan terhadap infeksi ulang. Sementara itu, untuk orang yang berusia 65 tahun ke atas, hanya memberikan perlindungan 47 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan mereka untuk kembali terinfeksi COVID-19 lebih tinggi.

Infeksi ulang memang jarang terjadi dan kekebalan pascainfeksi dapat bertahan setidaknya selama enam bulan. Kendati demikian, sejauh mana penularan COVID-19 memberikan perlindungan terhadap infeksi berulang masih kurang dipahami.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak juga video berikut


Lansia harus jadi prioritas

FOTO: 21,5 Juta Lansia Ditargetkan Dapat Vaksinasi COVID-19 Tahap Kedua
Warga lansia saat disuntik vaksin COVID-19 di SDN 05 Penggilingan, Jakarta, Kamis (25/2/2021). Pemerintah berharap vaksinasi tahap kedua terhadap lansia selesai pada Mei 2021 guna menekan penyebaran COVID-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Temuan tersebut mengungkapkan pentingnya langkah-langkah untuk melindungi lansia selama pandemi, seperti meningkatkan jarak sosial dan memprioritaskan vaksin, bahkan bagi mereka yang telah pulih dari COVID-19. Penelitian juga menyarankan bahwa orang yang terkena virus tetap harus divaksinasi karena perlindungan alami terutama di antara lansia tidak dapat diandalkan.

“Orang lanjut usia juga lebih mungkin mengalami gejala penyakit parah dan sayangnya meninggal. Temuan kami menjelaskan betapa pentingnya menerapkan kebijakan untuk melindungi orang tua selama pandemi,”  ujar Dr Steen Ethelberg dari Statens Serum Institut, Denmark.

“Mengingat apa yang dipertaruhkan, hasil tersebut menekankan betapa pentingnya orang-orang mematuhi tindakan yang diterapkan untuk menjaga diri mereka dan orang lain tetap aman, bahkan jika mereka telah terjangkit COVID-19,” tambahnya.

Ethelberg  menambahkan penelitian ini juga dapat menginformasikan kebijakan yang berfokus pada strategi vaksinasi yang lebih luas dan pelonggaran pembatasan karantina wilayah.

Hingga 18 Maret 2021, menurut data WHO di Denmark sendiri kini jumlah kasus positif telah lebih dari 221.000 dan hampir 2.400 kasus kematian. Sementara secara global terdapat lebih dari 120 juta kasus konfirmasi positif COVID-19 dan angka kematian mencapai lebih dari 2,6 juta.

 

Penulis: Abel Pramudya Nugrahadi


Infografis

INFOGRAFIS: Timeline Vaksinasi COVID-19 di Indonesia (Liputan6.com / Triyasni)
INFOGRAFIS: Timeline Vaksinasi COVID-19 di Indonesia (Liputan6.com / Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya