Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan menargetkan 5 juta orang berhenti merokok apa pun jenis rokoknya, baik konvensional maupun elektrik. Upaya ini demi menyelamatkan seseorang dari berbagai macam sumber penyakit yang diakibatkan rokok, seperti gangguan paru.
Dalam Media Briefing Hari Tanpa Tembakau Sedunia, Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono mengatakan, Kemenkes mengajak seluruh masyarakat mendukung Gerakan Berhenti Merokok. Hal ini sejalan dengan setiap tanggal 31 Mei, pemerintah maupun mitra secara global memperingati Hari Tembakau Sedunia.
Advertisement
"Tema Hari Tanpa Tembakau Sedunia tahun ini adalah Commit to Quit. Di Indonesia, berarti berani berhenti merokok apapun jenisnya, yang menjadi pilihan utama (tema) di Hari Bebas Tanpa Tembakau Sedunia tahun ini," terang Dante di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, Senin (31/5/2021).
"Ini sangat relevan di Indonesia yang mempunyai korelasi dengan meningkatnya konsumsi merokok di kalangan anak dan remaja. Tahun ini, kami ajak seluruh lapisan masyarakat mendukung Gerakan Berhenti Merokok dengan target 5 juta orang berhenti merokok apapun jenisnya."
Diharapkan dengan 5 juta orang berhenti merokok dapat menghemat pembiayaan negara, terutama dari penyakit yang diakibatkan rokok sekaligus menyelamatkan orang-orang di sekitar yang tidak merokok.
"Dengan 5 juta orang berhenti merokok, maka bisa menghemat pembiayaan negara dan menyelamatkan berbagai macam sumber penyakit yg diakibatkan dari rokok, serta menyelamatkan orang-orang di sekitar yang tidak merokok," lanjut Dante.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Berhenti Merokok, Ciptakan Lingkungan Sehat
Tema Hari Tanpa Tembakau Sedunia, Commit to Quit, menurut Dante Saksono Harbuwono akan membantu menciptakan lingkungan yang sehat. Upaya yang dilakukan, yakni gencar mengadvokasi kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
"Kemudian mempberdayakan perokok agar berhasil dalam upaya berhenti merokok. Ini juga berujung menurunkan penyakit tidak menular. Kampanye berhenti merokok juga sejalan dengan Inpres No. 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas)," katanya.
"Tentunya, dalam rangka mempercepat dan mensinergikan tindakan juga upaya promotif dan preventif guna hidup sehat dengan produktivitas yang meningkat."
Dari data yang dihimpun Kemenkes, Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang mempunyai tingkat perokok aktif yang sangat tinggi. Perokok laki-laki di Indonesia tertinggi nomor 3 di dunia setelah India dan Tiongkok.
Selain itu, prevalensi perokok anak-anak usia 10-18 tahun meningkat 7,2 persen tahun 2013, menjadi 9,1 persen tahun 2018 dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang sudah dilakukan. Data perokok elektronik meningkat drastis, dari 1,2 persen tahun 2016, menjadi 10,9 persen tahun 2018.
Advertisement