Kabar Baik! Antibodi COVID-19 Bertahan 9 Bulan Sejak Terdiagnosa Virus Corona

Antibodi COVID-19 bertahan selama 9 bulan baik pada penyintas yang bergejala maupun tidak bergejala sama sekali

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 21 Jul 2021, 06:51 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2021, 06:51 WIB
Warga masyarakat maritim mendapat Vaksinasi Covid-19, yang di gagas oleh TNI AL, digelar Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Maumere, Kabupaten Sikka,NTT. (Liputan6.com/Dionisius Wilibardus)
Warga masyarakat maritim mendapat Vaksinasi Covid-19, yang di gagas oleh TNI AL, digelar Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Maumere, Kabupaten Sikka,NTT. (Liputan6.com/Dionisius Wilibardus)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah penelitian menemukan bahwa antibodi COVID-19 bisa bertahan hingga sembilan bulan sejak terdiagnosa. Level antibodi sama baiknya, baik pada penyintas COVID-19 yang bergejala maupun OTG (orang tanpa gejala).

Penelitian yang telah dipublikasikan ke dalam Nature Communications pada Senin, 19 Juli 2021, dilakukan ilmuwan dari University of Padua dan Imperial College London dengan melibatkan 3.000 penduduk Vo', Italia, yang terinfeksi virus Corona penyebab COVID-19 pada Februari hingga Maret 2020.

Pengujian lanjutan dilakukan pada Mei dan November 2020 guna melihat level antibodi COVID-19 ribuan penduduk tersebut.

Hasilnya, sebanyak 98,8 persen penyintas COVID-19 masih terdeteksi antibodinya saat pengujian dilakukan pada November 2020. Dan, tidak ada perbedaan antara penyintas dengan gejala dan yang tidak menunjukkan gejala sama sekali.

Tingkat atau level antibodi COVID-19 dilacak menggunakan tiga tes yang mendeteksi berbagai jenis antibodi yang merespons bagian virus Corona yang berbeda.

Hasilnya menunjukkan bahwa sementara semua jenis antibodi menunjukkan beberapa penurunan antara Mei dan November. Namun, hasil yang berbeda ini tergantung pada pengujian.

 

Simak Video Berikut Ini

Level Antibodi COVID-19 Juga Meningkat pada Penyintas yang Alami Reinfeksi

Peneliti utama dari MRC Center for Global Infectious Disease Analysis, Dr Ilaria, mengatakan, para juga menemukan ada sekitar 20 persen penduduk Vo' yang level antibodinya mengalami peningkatan kembali sejak Mei.

Peneliti menduga 20 persen tersebut merupakan penyintas COVID-19 yang sempat mengalami re-infeksi Virus Corona.

"Kami tidak menemukan bukti bahwa tingkat antibodi antara infeksi simtomatik dan asimtomatik berbeda. Secara signifikan menunjukkan bahwa kekuatan respons imun tidak tergantung pada gejala dan tingkat keparahan infeksi," kata Ilaria seperti dikutip dari situs Technolgy Networks pada Rabu, 21 Juli 2021.

 

Pandemi COVID-19 Masih Berlanjut, Vaksinasi Tetap Dianjurkan

Lebih lanjut Profesor Enrico Lavezzo dari University of Padua, mengatakan,"Pengujian pada Mei 2020 menunjukkan bahwa 3,5 persen dari populasi Vo telah terpapar virus Corona, meski tidak semua subjek menyadari telah terpapar, mengingat sebagian besar adalah OTG.".

Meski studi terkait antibodi COVID-19 bertahan berapa lama menjadi angin segar bagi para penyintas, tapi para peneliti tetap mengimbau untuk tidak ragu melakukan vaksinasi COVID-19 mengingat pandemi entah kapan berakhirnya.

Infografis Perbedaan Rapid Test Antibodi, Rapid Test Antigen, Swab PCR Test

Infografis Perbedaan Rapid Test Antibodi, Rapid Test Antigen, Swab PCR Test
Infografis Perbedaan Rapid Test Antibodi, Rapid Test Antigen, Swab PCR Test (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya