Soal Pembelajaran Tatap Muka, WHO Ungkap Hal-Hal yang Harus Diperhatikan

Pimpinan Teknis COVID-19 WHO, Maria Van Kerkhove mengatakan pembukaan pembelajaran tatap muka tidak bisa menunggu hingga kasus Corona nol.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Sep 2021, 16:00 WIB
Diterbitkan 09 Sep 2021, 16:00 WIB
Pengajaran tatap muka di masa pandemi covid 19
ilustrasi sebuah SMA di Jawa Timur menggelar uji coba pengajaran tatap muka di masa pandemi covid 19

Liputan6.com, Jakarta - Epidemiolog yang juga Pimpinan Teknis COVID-19 WHO, Maria Van Kerkhove mengatakan pembukaan pembelajaran tatap muka tidak bisa menunggu hingga kasus COVID-19 nol. Saat sekolah kembali mengadakan pembelajaran tatap muka harus ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tetap aman dari penularan COVID-19.

"Saat ini sudah banyak negara yang sudah membuka sekolah, bahkan memprioritaskan pembukaan sekolah. Jadi, jika Anda dapat mengontrol penularan di komunitas tersebut, ini akan memudahkan Anda dalam memastikan bahwa orang yang bekerja dan bersekolah di sekolah tersebut aman," kata Maria pada Live Twitter WHO, Selasa (7/9/2021).

Sekolah harus paham tentang pelaksanaan protokol kesehatan di masa pandemi. Mulai dari menjaga jarak, pemakaian masker, serta memastikan adanya disinfeksi dan ventilasi yang baik di sekolah tersebut.

Orangtua dan anak-anak juga memiliki peran penting dalam hal ini, seperti menjaga jarak dan meminimalkan jumlah interaksi yang tidak diperlukan, demi menjaga sekolah agar tetap dapat menjalankan kegiatan pembelajaran tatap muka.

"Ini adalah upaya untuk memastikan mereka yang beraktivitas di sekolah tersebut aman. Kita harus memprioritaskan keselamatan," kata Maria.

 

 


Memperhatikan Ketersediaan Fasilitas yang Mendukung

Maria mengatakan sebelum sekolah dibukan untuk tatap muka pastikan bahwa orang yang bekerja dan bersekolah di sekolah tersebut aman dari virus Corona. Salah satunya juga dengan vaksinasi COVID-19. 

Pembukaan kembali sekolah juga harus memperhatikan ketersediaan fasilitas yang mendukung aktivitas pembelajaran tatap muka di tengah pandemi COVID-19 ini, selain disinfektan. Seperti, ventilasi yang memadai dan tingkatkan pasokan aliran udara total ke ruang yang ditempati.

Ventilasi alami yang bersih (yaitu, membuka jendela) harus digunakan di dalam gedung jika memungkinkan, tanpa sirkulasi ulang udara. Jika sistem pendingin udara digunakan, sistem tersebut harus diperiksa, dirawat, dan dibersihkan secara teratur. Standar yang ketat untuk pemasangan, pemeliharaan, dan penyaringan sangat penting untuk memastikannya efektif dan aman.

Pertimbangkan untuk menjalankan sistem dengan aliran udara luar maksimum selama dua jam sebelum dan sesudah waktu bangunan ditempati, sesuai dengan rekomendasi pabrikan.


Pelaksanaan Kembali Pembelajaran Langsung Tidak Bisa Menunggu

Pada Juli 2021, Henrietta Fore, Direktur Eksekutif UNICEF juga menjelaskan, bahwa membuka kembali sekolah untuk pembelajaran langsung tidak bisa menunggu.

Hal ini dikarenakan penutupan sekolah memberikan kerugian besar tidak hanya pada orang tua, tapi juga anak-anak.

"Kerugian yang akan dialami anak-anak dan remaja karena tidak bersekolah mungkin tidak akan pernah bisa dikembalikan," kata Fore.

"Mulai dari kehilangan waktu belajar, tekanan mental, paparan kekerasan dan pelecehan, hingga berkurangnya pengembangan keterampilan sosial, konsekuensinya bagi anak-anak akan dirasakan dalam pencapaian akademik dan keterlibatan sosial mereka serta kesehatan fisik dan mental."

Fore juga mengatakan bahwa risiko penularan COVID-19 di sekolah dapat dikelola dengan strategi mitigasi yang tepat di sebagian besar situasi. Keputusan untuk membuka atau menutup sekolah harus didasarkan pada analisis risiko dan pertimbangan epidemiologis di masyarakat tempat mereka berada.

 

Reporter: Lianna Leticia


Infografis: Protokol Kesehatan Sekolah Tatap Muka

Infografis: Protokol Kesehatan Sekolah Tatap Muka (Liputan6.com / Abdillah)
Infografis: Protokol Kesehatan Sekolah Tatap Muka (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya