Liputan6.com, Jakarta Guru Besar Ilmu Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Profesor Tjandra Yoga Aditama mengatakan ancaman gelombang ketiga COVID-19 diprediksi banyak pakar terjadi pada awal 2022. Salah satunya dipengaruhi cakupan vaksinasi yang belum tinggi.
"Masih sekitar 65 persen penduduk kita belum mendapat perlindungan memadai vaksin atau belum dapat vaksin dua kali. Bahkan, masih lebih 3/4 lansia belum dapat vaksin memadai," kata Tjandra mengutip Antara, pada Senin (25/10/2021).
Baca Juga
Bukan cuma itu, aktivitas masyarakat yang cenderung meningkat diiringi dengan menurunnya kepatuhan masyarakat menjalankan protokol kesehatan. Belum lagi, libur Natal dan Tahun Baru yang biasanya diikuti dengan peningkatan mobilisasi. Hal ini berisiko besar memicu gelombang lanjutan COVID-19.
Advertisement
"Pengalaman selama ini, kalau ada peningkatan mobilisasi karena libur panjang, kasus akan naik," kata Tjandra.
Tentang berapa besar peningkatan kasus COVID-19, Tjandra mengatakan bergantung pada sejumlah hal. Diantaranya seberapa patuh masyarakat pada ketentuan menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan (3M). Hal lainnya adalah kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) oleh pemerintah sesuai derajat yang ada.
"Kita juga perlu melihat sebaik apa kita memantau data perkembangan kasus dari waktu ke waktu, dan kalau ada kenaikan, seberapa ketat pembatasan sosial diberlakukan," katanya.
Â
Genjot Vaksinasi
Tjandra mendorong masyarakat untuk berpartisipasi secara cepat dalam vaksinasi COVID-19. India, yang penduduknya jauh lebih banyak bisa menyuntikkan 8 juta dosis vaksin COVID-19 dalam sehari.
"India yang penduduknya empat kali dari kita sudah menyuntik 8 juta orang sehari, target kita 2 juta sehari rasanya cukup tepat dan semua dapat dicapai. India juga sudah memvaksin 1 miliar penduduknya," katanya.
Hal penting lainnya adalah efektivitas tes dan telusur di masyarakat. Selain itu, Tjandra mengingatkan otoritas terkait untuk mengendalikan pintu masuk negara dalam antisipasi kemungkinan peningkatan kasus dari mereka yang datang dari luar negeri.
 "Ada tidaknya varian baru yang muncul dan kalau ada apakah akan lebih menular atau tidak. Untuk itu, jumlah pemeriksaan Whole Genome Sequencing kita harus ditingkatkan," ujarnya.
Tjandra menambahkan Presiden RI Joko Widodo mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai varian baru yang muncul di negara lain.
"Pada sambutan pembukaan Kongres PERSI pagi ini, Presiden juga menyampaikan bahwa kita perlu waspada dengan varian baru yang ada di negara-negara lain," katanya.
Advertisement