4 Penguatan dalam Penanganan Tuberkulosis Menurut Ahli

Tuberkulosis di Indonesia dapat dikendalikan dengan penguatan di sejumlah aspek

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 14 Nov 2021, 14:00 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2021, 14:00 WIB
Ilustrasi tuberkulosis
Ilustrasi tuberkulosis Foto oleh Anna Shvets dari Pexels

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama, menyampaikan empat penguatan dalam penanganan tuberkulosis (TBC).

Menurutnya, kasus TBC dunia mengalami perburukan setelah ada pandemi COVID-19. Oleh sebab itu, penguatan-penguatan dalam penanganan TBC perlu dilakukan. Keempat penguatan tersebut adalah catch-up plan, penggunaan teknologi, pelibatan masyarakat, dan penggunaan penelitian terbaru.

Catch-up Plan

Memersiapkan dan mengimplementasikan catch-up plan yang dapat mencakup pemetaan area dengan laporan kasus TBC sedikit di masa pandemi COVID-19.

“Ini bukan yang laporannya sedikit karena tidak ada pasien tapi karena sibuk menangani COVID-19,” kata Tjandra dalam seminar daring FNM Society, Minggu (14/11/2021).

Maka dari itu, catch-up plan juga meliputi upaya untuk mengintensifkan penemuan kasus termasuk kasus aktif di area atau populasi rentan.

Catch-up plan juga perlu membahas terkait penyediaan dorongan nutrisi bagi pasien TBC dan keluarganya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Penggunaan Teknologi

Penguatan kedua adalah meningkatkan penggunaan teknologi digital yang meliputi:

- Konsultasi jarak jauh untuk memperbaiki akses ke layanan medis.

- Perawatan virtual pasien TB, memantau dan memastikan kepatuhan pengobatannya.

- Memastikan pasokan obat dan bahan habis pakai yang tidak terputus.

“Jadi pengalaman besar dunia menggunakan teknologi digital di era COVID-19 akan bermanfaat untuk penanganan TB di masa yang akan datang," katanya.


Pelibatan Masyarakat dan Penggunaan Penelitian

Pelibatan Masyarakat

Poin ketiga adalah memperkuat inisiatif yang dipimpin masyarakat. Poin ini termasuk:

- Pembangunan kapasitas (capacity building) untuk komunitas masyarakat.

- Pembentukan jaringan komunitas untuk mendukung pasien TB menemukan gejala serta rujukan yang tepat.

Penggunaan Penelitian Terbaru

Hal keempat adalah penggunaan penelitian terbaru untuk kepentingan pasien. Penguatan ini termasuk:

- Mengintensifkan penggunaan diagnostik molekuler.

- Penggunaan oral regimen.

“Setiap penelitian dan ilmu-ilmu terbaru terkait COVID-19 bisa dipakai untuk penanggulangan berbagai penyakit lain termasuk tuberkulosis," kata dia.


5 Usulan Tjandra

Tjandra juga menyampaikan 5 usulan terkait penanganan tuberkulosis yakni:

- Tuberkulosis menjadi kegiatan lintas program atau sektor dengan dukungan sumber daya.

- Implementasi nyata di lapangan, rencana kerja, monitoring dan evaluasinya.

- Penanganan TB juga meliputi masalah kesehatan terkait seperti HIV, diabetes melitus, rokok, gizi, dan lain-lain.

- Berorientasi ke pasien dan keluarganya.

- TB menjadi target dunia (SDG), target nasional (eliminasi 2030), dan target daerah yakni provinsi dan kabupaten/kota.

 


Infografis COVID-19 Delta Plus Terdeteksi di Indonesia

Infografis Covid-19 Delta Plus Terdeteksi di Indonesia
Infografis Covid-19 Delta Plus Terdeteksi di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya