Liputan6.com, Jakarta - Guna mendeteksi varian Omicron, Kementerian Kesehatan menambah jumlah mesin genom sekuensing. Mesin pendeteksi genom tersebut akan didistribusikan ke sejumlah daerah di luar Jawa.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, ada 11 unit mesin genom sekuensing yang diharapkan dapat membantu mempercepat deteksi varian baru COVID-19, termasuk varian Omicron.
Advertisement
Baca Juga
"Saya sudah beli lagi 11 mesin genom sekuensing, yang akan diberikan ke luar Jawa. Saat ini, yang ada sekarang itu 12 mesin dan hanya ada di Jawa dan Sulawesi Selatan," ujar Budi Gunadi dalam dialog BGS, Kapan COVID-19 Berakhir? pada Rabu, 1 Desember 2021.
"Jadi, saya akan kasih (mesin genom sekuensing) 2 ke Sumatera, termasuk di Sumatera Utara ya. Lalu Kalimantan, Sulawesi Tenggara, Papua, dan Maluku, supaya cepat mereka mendeteksi genom sekuensingnya."
Seluruh mesin genom sekuensing, lanjut Budi Gunadi, akan didistribusikan ke perguruan tinggi. Hal ini karena penggunaan mesin dapat secara tepat dioperasionalkan oleh scientist (peneliti).
"Saya kasih mesinnya ke perguruan tinggi, karena susah yang melakukan genom sekuensing. Enggak bisa sembarang orang, itu harus scientist," katanya.
Â
** #IngatPesanIbuÂ
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Percepat Teliti Genom Varian COVID-19
Budi Gunadi Sadikin mengarahkan, agar pengurutan genom untuk mendeteksi varian COVID-19 tidak dilakukan secara menyeluruh atau Whole Genome Sequencing (WGS). Sebab, bisa memperpanjang proses penyelesaian.
"WGS itu nanti jadi panjang, ada 30.000 basa atau virus gene yang kita harus urutkan. Kita ambilnya yang mahkota virusnya (spike protein) saja. Dan itu (pengurutan genom) bisa turun dari 30.000 ke 3.000 atau 5.000 sekuens dari basanya, sehingga kita bisa lebih cepat," katanya.
Upaya strategi mempercepat deteksi genom varian COVID-19 di atas pun diharapkan dapat selesai dalam waktu hitungan hari. Terlebih lagi, Indonesia hanya mempunyai 12 laboratorium pendeteksi genom sekuensing.
"Soal testing (pelaku perjalanan) yang hasilnya positif COVID-19, terutama di perbatasan, border itu harus dilakukan genom sekuens. Kita hanya punya 12 lab," pungkas Menkes Budi.
"Kita pastikan bahwa genom sekuensing dari 12 lab dipercepat on time ya. Yang tadinya, ada yang dua minggu (baru keluar hasil sekuensing), kita akan percepat 5 atau 3 hari."
Advertisement