Disebut Silent Disease, Osteoporosis Kebanyakan Baru Dikeluhkan Ketika Tulang Patah

Hubungannya osteoporosis dengan patah tulang yang terjadi pada lansia

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 15 Des 2021, 06:00 WIB
Diterbitkan 15 Des 2021, 06:00 WIB
Lansia rentan kena osteoporosis.
Pengecekan dini osteoporosis pada lansia. Foto: Dokumen pribadi Basuki Supartono.

Liputan6.com, Jakarta - Dokter spesialis bedah ortopedi Basuki Supartono mengatakan bahwa penyakit osteoporosis (pengeroposan tulang) meningkatkan risiko kematian pada penderita terutama lanjut usia (lansia).

“Lansia yang mengalami patah tulang sendi panggul memiliki risiko kematian yang tinggi,” kata Basuki dalam keterangan pers yang diterima Health Liputan6.com Senin (13/12/2021).

Tak hanya lansia, osteoporosis dapat menyerang berbagai tingkatan usia termasuk pemuda tapi memang lebih banyak menimpa usia lanjut khususnya wanita.

Alasannya, usia lanjut memicu aktivitas sel penghancur tulang sehingga lansia rentan terkena osteoporosis.

Osteoporosis dapat terjadi di berbagai tulang manusia, tapi lebih sering terjadi pada tulang yang tipis seperti pergelangan tangan, sendi bahu, sendi panggul, dan tulang belakang.

“Osteoporosis merupakan ancaman kesehatan perempuan lansia. Osteoporosis disebut juga silent disease karena secara diam-diam mengerogoti tulang tanpa penderita menyadarinya. Artinya, penderita tidak mengeluh dan baru mengeluh sakit tulang bila tulang penderita patah,” ujar Basuki.

Pada pengidap osteoporosis, patah tulang dapat terjadi hanya karena benturan ringan (trauma minimal) dan bahkan dapat terjadi tanpa benturan, jatuh, atau trauma.

“Penelitian menyebutkan setengah dari seluruh wanita akan mengalami osteoporosis dan patah tulang semasa hidupnya. Satu di antara tiga laki-laki yang berusia lebih dari 75 tahun akan mengalami osteoporosis," Basuki melanjutkan. 

Simak Video Berikut Ini

Diperkirakan Terus Meningkat

Dokter spesialis bedah ortopedi Basuki Supartono
Dokter Spesialis Bedah Ortopedi Basuki Supartono beri ceramah kesehatan osteoporosis. Foto: dokumen pribadi.

Badan kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) memperkirakan bahwa angka patah tulang tersebut akan meningkat empat kali lipat pada 2050 dan akan menjadi masalah besar bagi umat manusia. Karena itu, WHO mencanangkan dekade ini sebagai dekade tulang dan sendi.

“Di Indonesia belum ada data pasti, tapi dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup boleh jadi angka tersebut cukup tinggi,” kata Basuki.

Sebagai perbandingan, ada data angka kejadian osteoporosis di beberapa negara. Di daerah Amerika Utara dilaporkan ada sekitar 20 juta pasien osteoporosis. Setiap tahunnya 1,5 juta orang mengalami patah tulang dan biaya perawatannya mencapai kisaran 10 miliar dolar AS.

Sejauh ini, angka risiko osteoporosis Indonesia adalah 22,3 persen sedangkan untuk osteopenia atau tahapan sebelum memasuki osteoporosis adalah 32.3 persen.

Insiden tertinggi didapatkan di tiga provinsi yaitu di Sulawesi utara (27.7 persen), diikuti dengan Jawa Barat (22,2 persen) dan Yogyakarta (17.1 persen).

Badan kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) memperkirakan bahwa angka patah tulang tersebut akan meningkat empat kali lipat pada 2050 dan akan menjadi masalah besar bagi umat manusia. Karena itu, WHO mencanangkan dekade ini sebagai dekade tulang dan sendi.

“Di Indonesia belum ada data pasti, tapi dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup boleh jadi angka tersebut cukup tinggi,” kata Basuki.

Sebagai perbandingan, ada data angka kejadian osteoporosis di beberapa negara. Di daerah Amerika Utara dilaporkan ada sekitar 20 juta pasien osteoporosis. Setiap tahunnya 1,5 juta orang mengalami patah tulang dan biaya perawatannya mencapai kisaran 10 miliar dolar AS.

Sejauh ini, angka risiko osteoporosis Indonesia adalah 22,3 persen sedangkan untuk osteopenia atau tahapan sebelum memasuki osteoporosis adalah 32.3 persen.

Insiden tertinggi didapatkan di tiga provinsi yaitu di Sulawesi utara (27.7 persen), diikuti dengan Jawa Barat (22,2 persen) dan Yogyakarta (17.1 persen).

Minimalisasi Angka Osteoporosis

Untuk meminimalisasi masalah tersebut, perlu dilakukan kegiatan pencegahan lewat berbagai kegiatan. Salah satu kegiatan yang ia lakukan adalah pengabdian masyarakat (Abdimas) dengan mengedukasi masyarakat di Depok, Jawa Barat terkait bahaya osteoporosis.

Untuk mencegah gejala osteoporosis dini, Basuki dan tim melakukan sosialisasi kepada lebih dari 50 lansia.  Sosialisasi diisi dengan pemeriksaan kesehatan dan ceramah kesehatan dengan judul “Apakah Osteoporosis dan Bagaimana Mencegahnya?.”

Sebelum mengikuti ceramah kesehatan, para peserta menjalani pemeriksaan dengan alat Osteosys. Lewat alat tersebut, kadar kepadatan massa tulang para lansia diukur.

Osteosys memiliki indikator yang berisi data tingkat kepadatan tulang.  Ketika berstatus hijau berarti kondisi tulang bagus. Jika statusnya kuning harus hati-hati.

Lansia harus mengonsumsi makanan atau suplemen yang mengandung kalsium tinggi. Ketika indikator merah, maka lansia itu harus segera mendapatkan perawatan khusus untuk meningkatkan kalsium.

Alat ini penting untuk mendeteksi pasien lansia yang mengalami gejala osteoporosis. Sayangnya, tidak banyak rumah sakit yang memiliki alat tersebut.

“Puskesmas pun tidak ada. Harusnya kalau pemerintah memperhatikan lansia alat ini penting untuk pencegahan.”

Selain pemeriksaan dini, konsumsi makanan sehat pun perlu dilakukan. Salah satu makanan atau minuman yang baik untuk cegah osteoporosis adalah jus smoothie yang kaya akan kalsium dan mudah untuk dibuat. Beberapa bahan jus atau smoothie tersebut seperti pepaya, jeruk, jambu merah,alpukat hingga bengkuang.

 

Infografis Anak Muda Sayangi Lansia, Ayo Temani Vaksinasi COVID-19

Infografis Anak Muda Sayangi Lansia, Ayo Temani Vaksinasi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Infografis Anak Muda Sayangi Lansia, Ayo Temani Vaksinasi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya