Liputan6.com, Jakarta Keinginan untuk bisa menjalani hidup sehat, penuh kesadaran, dan menyatu antara tubuh juga pikiran menjadi alasan mengikuti Yoga Teacher Training Certification (YTTC).
YTTC adalah sebuah kegiatan sertifikasi yoga selama 200 jam dengan total empat modul yang berlangsung selama 30 hari. Kelas yang dirancang dengan untuk pendapatkan sertifikat yang nantinya bisa dipergunakan untuk mengajar yoga di dalam maupun luar negeri.
Baca Juga
“YTTC Udana Yoga Bali ibarat Kawah Candradimuka yang mengajarkan saya banyak hal tentang filosofi hidup. Saya yang awalnya hanya ingin punya pola hidup sehat jadi terbuka setelah memahami arti bahwa sejatinya hidup adalah tentang kebermanfaatan,” ujar Dewi Mayarani yang akrab disapa Kak Maya, alumni TTC 9 tahun 2019 kepada Health Liputan6.com melalui telewicara zoom, pekan lalu.
Advertisement
Simak Video Berikut Ini:
Sebuah Transformasi Hidup
Senada dengan Maya, dua alumni lainnya pun berpendapat nyaris sama bahwa TTC tak hanya sekadar wadah untuk mendapatkan sertifikasi untuk mengajar yoga, namun syarat makna tentang sebuah transformasi hidup ada di dalamnya.
“Persepsi saya tentang YTTC berbeda dari saat belum bergabung hingga akhirnya mendapat sertifikat. YTTC tidak hanya mengajarkan kami yoga secara fisik (Asana), namun juga mengubah gerak tubuh, emosi serta cara berpikir saya dalam berbagai hal,” ucap Puspa Anom alumni YTTC 10 tahun 2020 pada peliput.
Keinginan untuk ikut YTTC sudah tertanam sejak 2019 lalu dibenaknya. Namun keraguan masih menyelimuti salah satunya dikarenakan oleh profesinya sebagai seorang pegawai swasta yang dirasa tak mungkin untuk mengambil cuti satu bulan penuh. Terbersit untuk mengambil sertifikasi ini dengan cara mencicil per modul (50 jam) per tahun, yang berarti dia akan punya sertifikat itu di tahun 2023.
Namun, Tuhan punya kehendaknya saat pandemi datang dan banyak pegawai dirumahkan. Keyakinan Puspa membulat hingga terlaksanalah keinginan untuk mengambil sertifikasi di tahun itu juga tepatnya di pertengahan tahun 2020.
Sejalan dengan yang dialaminya, Agustinus Gibran atau yang akrab disapa Kak Tinus awalnya mengikuti YTTC 12 hanya untuk mendapatkan pola gerak fisik yang bisa dijalaninya secara rutin.
“Sebelumnya saya seorang konselor meditasi yang kala itu belum paham segala hal tentang tubuh termasuk cakra. Di luar dugaan, YTTC tak hanya menggiring pemahaman saya tentang tubuh namun juga transformasi hidup ke arah yang jauh lebih baik dan menenangkan,” kata Tinus dengan wajah sumringah.
Dia pun merelakan diri datang dari Jakarta untuk mengemban ilmu. Baginya manfaat ilmu adalah untuk seumur hidup yang tak hanya untuk dirinya, namun para klien yang memercayai Tinus sebagai seorang wellbeing facilitator.
“Saya siap mental untuk dicuci, dibilas, dicuci, dibilas,” katanya terekam dalam media sosial @udanayogabali.
Baginya YTTC bukan sekadar yoga training biasa melainkan sebagai soul training yang bisa membantunya mencapai potensi diri dan menjadi seorang life coach yang orisinil.
Advertisement
Value Teacher Training Certification Udana Yoga Bali
Tepat di permulaan Desember ini, Udana Yoga genap berusia 6 tahun, sebuah perjalanan panjang yang telah melahirkan insan-insan yoga yang tak hanya mengajar yoga di Bali namun tersebar di nusantara. Sekilas cerita dari Maya, Puspa dan Tinus mengingatkan kita bahwa tidak ada hal yang kebetulan, semua terjadi dengan rencanaNYA.
Hal itu dibuktikan dengan keserupaan manfaat yang mereka dapatkan setelah mengikuti YTTC.
1. Mendapat pandangan baru tentang filosofi hidup
2. Pola gerak yang tak hanya baik untuk tubuh namun juga untuk mind (pikiran)
3. Mengubah pandangan tentang limitasi atau pembatasan kemampuan tubuh
4. Proses pelepasan (releasing)
5. Pengendalian emosi
6. Kontrol ketergesa-gesaan
7. Koneksi antara tubuh, napas, dan pikiran menjadi jauh lebih baik
8. Kelenturan tubuh dan pola pikir
Connecting the Dots
Ada satu pola atau pattern serupa yang kemudian terbentuk karena keselarasan vibrasi hati dan pikiran.
“Connecting the dots, banyak puzzle dalam hidup yang selama ini terhampar di mana-mana kini serasa terkumpul dan membentuk pola yang kemudian kami yakini sebagai jalan menuju hidup yang selaras dan seimbang,” kata Puspa Anom menambahkan.
Meski di usia yang tidak terbilang muda lagi, Kak Maya tetap semangat mengikuti kelas. Dia banyak merasakan kebaikan, kelenturan tak hanya pada tubuh pun cara menghadapi emosi negatif yang kerap muncul.Awal niat mengikuti sertifikasi ini justru bukan karena ingin menjadi guru yoga, namun setelah mengikuti proses selama 30 hari dan merasakan banyak perubahan.
Kini dia pun mengabdikan diri sebagai seorang pengajar yoga. Hidup terus berubah, kita manusia yang betumbuh di dalamnya pun memerlukan fleksibitilas agar selaras dengan perubahan-perubahan tersebut. Menjadi pribadi yang laik secara utuh dan menyeluruh.
Advertisement