143 Kasus BA.4 dan BA.5 di RI, Setengahnya Belum Divaksinasi Booster

Juru Bicara Kementerian Kesehatan dokter Muhammad Syahril SpP mengatakan bahwa setengah dari kasus BA.4 dan BA.5 belum dibooster.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 20 Des 2022, 18:04 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2022, 09:51 WIB
Ilustrasi Omicron (Arfandi/Liputan6.com)
Ilustrasi Omicron (Arfandi/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dokter Muhammad Syahril SpP mengatakan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) teridentifikasi 143 kasus subvarian BA.4 dan BA.5 di Indonesia. Hampir semuanya sudah divaksinasi tapi ada 50 persen yang belum mendapatkan vaksinasi dosis ketiga atau booster COVID-19.

"Rata-rata sudah divaksinasi ya, tapi ada sekitar 50 persen yang belum booster," kata Syahril dalam dialog Optimalisasi 3T: Upaya Bendung Gelombang Baru pada Kamis, 23 Juni 2022.

Dari 143 kasus tersebut memang ada lima kasus belum mendapatkan vaksinasi karena masuk kategori anak-anak.

Syahril pun meminta kepada masyarakat untuk segera melengkapi dosis vaksinasi maupun mendapatkan dosis ketiga bagi yang belum mendapatkannya. 

"Vaksinasi adalah upaya kita membentengi masyarakat agar tidak menjadi parah sakitnya (bila terpapar COVID-19)," kata Syahril lagi.

Di tengah penyebaran subvarian Omicron BA.4 dan BA.5, Mohammad Syahril menegaskan, upaya membendung agar kasus COVID-19 tidak naik signifikan dan hospitalisasi terjaga. Angka kematian juga diharapkan tidak melonjak.

"Kita memang harus fokus, bagaimana membendung agar kasus itu bisa kita kendalikan dan juga bagaimana tingkat hospitalisasi atau orang yang dirawat di rumah sakit tetap dalam kondisi di bawah 5 persen atau bahkan mungkin turun lagi ya," ungkapnya.

"Angka kematian juga diharapkan tidak naik tinggi, hari ini saja kita ada dua kasus yang meninggal.  Saya kira bagaimana hospitalisasi bisa kita jaga nih. Walaupun nanti ada kasus meningkat, kita akan tepat memberikan suatu kewaspadaan pertama pada risiko tinggi, seperti usia lanjut, komorbid. Ya itu harus kita perhatikan."

Perketat Prokes: Pakai Masker

Jakarta Menuju Kenormalan Baru
Pejalan kaki menggunakan masker di trotoar Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (27/5/2020). Empat provinsi di Indonesia termasuk DKI Jakarta akan mulai melakukan persiapan menuju new normal atau tatanan kehidupan baru menghadapi COVID-19. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Melihat kenaikan kasus yang tengah terjadi, Syahril meminta masyarakat untuk kembali mengetatkan protokol kesehatan. Termasuk tetap menggunakan masker saat berada di luar ruangan yang ramai dan banyak orang.

"Saat ini kita harus meningkatkan kewaspadaan, termasuk lebih disiplin dalam protokol kesehatan," pesannya.

"Meski ada pelonggaran masker di luar ruangan tapi kalau ketemu orang banyak, ketemu orang yang tidak dikenal, saat berada di luar ruangan ya masker tetap dipakai," kata Syahril lagi.

Ia pun berharap masyarakat mampu memahami cara yang benar dalam melindungi diri mengingat saat ini dalam transmisi menuju endemi COVID-19. Kehadiran COVID-19 nantinya diharapkan bisa seperti penyakit endemi lain yakni tuberkulosis, malaria, demam berdarah."Istilahnya, kita bersahabat atau terbiasa dengan Omicron.

Boleh ada Omicron di sekitar kita tapi tidak sampai membuat sakit berat seperti kasus endemi lain," tuturnya.

 

Tidak Usah Panik Hadapi BA.4 dan BA.5

Kemenkes RI meminta masyarakat tidak terlalu panik lantaran BA.4 dan BA.5 memiliki karakteristik gejala klinis lebih ringan dari pada varian Omicron sebelumnya meski cenderung lebih cepat menular.

Kedua subvarian baru itu juga dinilai memiliki karakteristik untuk menurunkan kemampuan terhadap terapi beberapa jenis antibodi monoklonal hingga memiliki kemampuan lolos dari perlindungan kekebalan yang disebabkan oleh vaksinasi dan infeksi varian Omicron.

Namun demikian, Syahril meminta masyarakat berisiko tinggi harus waspada dengan penularan COVID-19.

"Kita akan tetap waspada, terutama kepada risiko tinggi, manula, usia lanjut, kemudian komorbid, itu harus kita perhatikan utama," kata Syahril.

Peningkatan Testing dan Tracing

Syahril mengatakan terus melakukan tindakan pengendalian penyebaran COVID-19 dengan melakukan tracing dan testing agar masyarakat yang tertular COVID-19 bisa segera menjalani karantina atau dirawat di rumah sakit.

"Dengan upaya itu, kita bisa nanti menekan jumlah kasus yang ada sekaligus bagaimana kita mengendalikan tingkat hospitalisasi maupun angka kematian dari kasus-kasus Omicron subvarian BA.4 maupun BA.5 ini," katanya.

Pemeriksaan WGS bakal terus dilakukan di beberapa provinsi yang menunjukkan adanya peningkatan kasus. Seperti di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat dan Bali. 

"Kita lakukan WGS dari rumah sakit yang sedang merawat pasien. Jadi, kita lakukan ini satu kebijakan yang terus-menerus. Sampai seperti yang dulu, kita menetapkan atau mengambil kebijakan setelah kita periksa ini ternyata memang Omicron," jelas Syahril.

Infografis Gejala dan Pencegahan Covid-19 Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Gejala dan Pencegahan Covid-19 Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya