Liputan6.com, Jakarta - Tidak dipungkiri bahwa perselingkuhan bisa merusak fondasi pernikahan. Pengkhiatan yang terjadi saat membina rumah tangga akan menyebabkan patah hati, kesepian, kehancuran, serta kebingungan pada salah satu atau kedua belah pihak.
Dari hasil survei yang dilakukan Teman Bumil dan Populix terhadap 1.943 responden ibu berumur 20 s/d 35 tahun, sembilan dari 10 setuju bahwa selingkuh merupakan kesalahan fatal yang dapat menghancurkan pernikahan.
Baca Juga
Mayoritas responden pun mengatakan bahwa merasa pantas jika perselingkuhan menjadi alasan terjadinya perceraian.
Advertisement
Masih dari survei tersebut, 64 persen di antaranya merasa bahwa perceraian memang menyakitkan, tapi jalan itu perlu diambil lantaran merasa bahwa pernikahan yang dijalani sudah tidak sehat.
Sedangkan sebagian kecil atau sekitar 21 persen merasa bahwa perceraian dapat dihindari semata-mata karena tak ingin menyakiti buah hati tercinta.
Menanggapi hasil survei Teman Bumil dan Populix, Konselor Pernikahan, Indra Noveldy mengatakan bahwa siapa saja berhak untuk memilih jalan berpisah jika perselingkuhan terjadi.
Walau begitu, pria yang juga Pendiri situs Konsultan Pernikahan dot Com merasa tetap ada harapan pernikahan dapat dibenahi dan berhatan dengan perjuangan, berdarah-darah dalam prosesnya, serta melalui waktu yang tak sebentar.
"Selain itu, jika memutuskan untuk konseling, kedua belah pihak akan dijak banyak transformasi dan instropeksi diri. Itulah mengapa tidak banyak yang kuat menjalani prosesnya," kata Indra dikutip dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Minggu, 26 Juni 2022.
"Sebab, pasti akan ada pikiran 'Dia yang selingkuh, kenapa saya yang instropeksi? Kan yang salah dia'," dia menambahkan.
Â
Berapa Lama Bertahan dalam Luka
Lantas, apabila pasangan memilih jalan bercerai atau bertahan, berapa lama seseorang boleh berduka jika menjadi korban perselingkuhan.
Menurut Indra yang juga penulis buku Menikah untuk Bahagia, kasih waktu selama enam sampai 12 bulan. Namun, ingat bahwa menjadi korban perselingkuhan bukan hanya merasa berduka, tapi juga perlu disertai dengan proses penyembuhan.
"Jika hanya merasa berduka, seseorang hanya akan cenderung mengasihani diri," kata Indra.
Dijelaskan Indra, dalam proses penyembuhan ini, sadarilah bahwa diri sedang berduka, marah, sakit hati, dan terluka.
Jangan malah menekan, mematikan, atau menyangkal perasaan itu, tapi hadapi semuanya sampai masuk ke fase menerima atau acceptance.
"Nah, setelah masuk ke fase menerima, di situlah perjalanan penyembuhan sudah semakin bergerak maju," katanya.
Â
Â
Advertisement
Kunci untuk Sembuh
Indra pun menegaskan bahwa kunci untuk sembuh dari luka perselingkuhan adalah keluar dari mentalitas korban. Tidak perlu menunggu pelaku untuk meminta maaf duluan atau mematok suatu ketetapan tertentu.
"Untuk sembuh adalah tanggung jawab yang punya luka, yaitu diri sendiri," kata Indra.
Indra menekankan bahwa semua orang punya dua pilihan, yaitu mau terus sakit dan menderita atau memilih untuk sembuh?
"Kalau mau sembuh, cabutlah rasa sakit itu dari diri Anda atau cari bantuan pihak ketiga untuk membantu mencabutnya," kata Indra lagi.
Â
Perselingkuhan
Perselingkuhan dalam pernikahan memang menjadi sebuah masalah yang sepertinya tidak akan pernah lekang dimakan waktu.
Menjalani hubungan sampai membangun rumah tangga berdua, tapi tak jarang kandas karena adanya orang ketiga atau istilah keren zaman sekarang adalah pelakor alias perebut laki (suami) orang.
Indra menyebut bahwa perselingkuhan bisa sangat sulit untuk didefinisikan.
Sebab, kata Indra, setiap orang menetapkan batas yang berbeda untuk urusan selingkuh.
Pria yang juga penulis buku Menikah untuk Bahagia pun mendefinisikan perselingkuhan dengan kriteria yang sederhana saja, yaitu curhat.
"Definisi perselingkuhan bisa berbeda pada tiap orang. Namun, bagi saya definisi perselingkuhan itu sederhana: Ketika kita membuka jalan, secara sengaja maupun tidak sengaja, untuk curhat ke orang lain. Itu sama saja sudah membuka pintu perselingkuhan," kata Indra.
Advertisement