Liputan6.com, Jakarta Baru-baru ini, ramai mengenai pemberitaan ratusan warga di Bandung yang positif Human Immunodeficiency Virus (HIV) merebak. Data yang dihimpun Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di Kota Bandung menunjukkan sebanyak 31 persen atau 1.842 pekerja swasta terpapar HIV.
Peringkat selanjutnya dengan kasus HIV terbanyak terjadi pada kelompok wiraswasta yakni 15 persen, ibu rumah tangga 11,8 persen (653 kasus), dan mahasiswa 6,97 persen (414 kasus).
Baca Juga
Penularan HIV sebenarnya dapat terjadi lewat berbagai cara. Lalu bagaimanakah sebenarnya proses penularan HIV?
Advertisement
Menurut US Department of Health and Human Services, HIV dapat menyebar melalui cairan dalam tubuh seperti darah, air mani, cairan dubur, cairan vagina, dan ASI. Virus kemudian dapat tertular ketika cairan pada orang yang terinfeksi bersentuhan dengan selaput lendir di rektum, vagina, penis, atau mulut.
"HIV juga dapat menyebar selama hubungan seks, entah itu anal ataupun vaginal. Seks anal lebih berisiko karena ada lebih banyak paparan dan iritasi pada selaput lendir," ujar profesor kedokteran divisi penyakit menular di Rush University Medical Center, dr Beverly Sha mengutip Everyday Health, Jumat (26/8/2022).
Selain itu, HIV juga dapat menular melalui seks oral. Penularan HIV tersebut terjadi selama ejakulasi di dalam mulut atau jika ada sariawan, gusi berdarah, dan luka genital.
"Ketika kondom digunakan dengan benar, maka jelas itu bisa menawarkan perlindungan. Tapi kondom bisa rusak atau bisa tidak digunakan dengan benar," kata Beverly.
Bagaimana dengan Berpelukan atau Bertukar Peralatan Makan?
Beverly mengungkapkan bahwa berpelukan tidak menimbulkan risiko penularan. Bahkan, berhubungan seks dengan seseorang yang positif tanpa bertukar cairan tubuh apapun juga tidak dapat menyebarkan virus.
"Satu-satunya pelukan dan ciuman yang berisiko adalah ketika seseorang yang terinfeksi HIV memiliki luka terbuka atau pendarahan di mulut," ujar Beverly.
HIV juga tidak dapat menginfeksi lewat air liur, keringat, atau air mata. Bahkan berbagi kamar mandi dengan orang HIV positif tetap aman dilakukan. Namun, penting untuk tidak bertukar sikat gigi atau pisau cukur.
Begitupun dengan berbagi makanan atau bertukar peralatan makan. Virus HIV tidak dapat bertahan hidup di permukaan, sehingga berbagi peralatan makan dan barang-barang rumah tangga lainnya tidak dapat menyebarkan HIV.
"Anda bahkan dapat berbagi makanan dengan seseorang yang terinfeksi tanpa khawatir. Penularan bisa terjadi kalau seorang ibu mengunyah makanan dan diberikan pada bayi mereka, karena ada darah yang terinfeksi dari mulut bercampur dengan makanan," kata Beverly.
Advertisement
Membantu Orang yang Positif HIV Saat Terluka
Dalam hal membantu orang yang positif HIV saat mengalami luka, Beverly menyarankan untuk penggunaan sarung tangan. Namun, saat darah bersentuhan dengan kulit Anda secara utuh, Anda pun tidak perlu terlalu khawatir.
"Paparah darah pada kulit utuh bukan satu-satunya risiko. Perlu ada luka atau abrasi agar virus dapat melewati lapisan kulit," ujar Beverly.
Dalam hal transfusi darah, mengutip laman VerywellHealth, sempat terjadi penularan HIV akibat transfusi darah. Namun dengan adanya teknologi yang semakin canggih, darah dengan virus tersebut sebenarnya sudah dapat terdeteksi.
Sehingga risiko penularan HIV melalui transfusi darah kini sudah semakin menurun.
Namun dalam kehamilan, risiko penularan HIV masih tinggi. Hal tersebut lantaran saat persalinan, pecahnya ketuban membuat bayi terpapar darah dan cairan vagina yang terinfeksi HIV. Terlebih HIV juga dapat menular melalui ASI yang diberikan dari ibu pada anak.
4 Kondisi yang Dapat Menularkan HIV
Terdapat setidaknya empat kondisi atau cara dimana HIV dapat tertular. Berikut diantaranya.
- Harus ada cairan tubuh dimana virus dapat berkembang. HIV tidak dapat berkembang biak di udara terbuka dan dapat menular lewat adanya kontak melalui cairan.
- Harus ada jalur penularan virus untuk masuk ke dalam tubuh. Rute utamanya adalah hubungan seksual, penggunaan jarum suntik yang bersamaan, dan infeksi dari ibu ke anak.
- Harus ada sel imun yang ada di dekat tempat masuknya virus. Cara ini memungkinkan virus untuk bertahan setelah memasuki tubuh.
- Harus ada jumlah virus yang cukup dalam cairan tubuh. Jumlah ini diukur dengan viral load, bisa tinggi dalam cairan tubuh seperti darah dan air mani.
Advertisement